"Kurang lebih seperti itu jika di duniamu."
Hening lagi. Namun Cater tetap diam menunggu peri di sampingnya itu selesai bercerita.
"Aku diutus oleh Langit untuk menjaga kehidupan tumbuhan ribuan tahun yang lalu. Sejak dulu aku tidak pernah gagal menjalankan tugasku. Hingga suatu waktu aku dibuang ke Bumi," Siruva diam sebentar, kedua matanya menatap langit di atasnya, "Aku dibuang karena dianggap gagal melindungi kehidupan tumbuhan di Bumi. Mengapa? Karena manusia sangat rakus akhir-akhir ini. Mereka seenaknya sendiri merusak kehidupan tumbuhan untuk kesenangan pribadi. Aku tidak bisa melindungi kehidupan, aku tidak bisa menghentikan sifat egois mereka yang terlalu besar, kemudian aku dibuang ke Bumi. Aku diperintah untuk mencari cara menghentikan kelakuan mereka sambil merefleksikan kesalahanku sendiri."
"Mereka memberiku kesempatan terakhir. Jika aku gagal lagi, aku akan digantikan," pandangan Siruva kosong, seperti tidak memiliki semangat, "Digantikan artinya aku sudah tidak memiliki tugas untuk mengawasi kehidupan, aku akan lenyap."
Cater merasa bersalah kepada Siruva. Karena manusia, manusia dari kelompoknya, karena merekalah Siruva dibuang. Memang benar apa yang dikatakan Siruva. Makin hari, manusia makin rakus. Mereka menguras seluruh kekayaan Bumi untuk kepentingan sendiri, tanpa memikirkan apa akibatnya.
Setelah mendengar cerita itu, Cater menjadi semakin benci dengan manusia-manusia konglomerat, keluarganya sendiri. Apa yang bisa dia lakukan? Salah langkah sedikit saja, akibatnya akan fatal. Menentang pun percuma saja, orang dewasa tidak mau mendengarkan ocehan anak muda. Walaupun ocehan itu menyatakan kebenaran.Â
Cater bangkit berdiri, menepuk kakinya untuk menghilangkan debu yang menempel. "Aku harus kembali."
Siruva mengangguk, "Baiklah."
Sebelum Cater meninggalkan tempat itu, ia berkata kepada Siruva. "Aku akan membantumu."
Siruva yang mendengar hal itu, keheranan. Bagaimana caranya manusia bisa membantu peri kembali ke Langit?
"Kau... bisa?" tanya Siruva, ragu.