"Akses Ditolak!"
Nisa mencoba lagi memasukkan kartu kunci kamar hotelnya sambil terus menelfon rekan kerjanya.
"Kan udah aku bilang, aku gak bisa pergi sekarang. Aku udah ngajuin cuti satu minggu, dan gak bisa diganggu gugat." Ucap Nisa dengan sebal.
"Tapi Nis, kita butuh kamu buat berangkat ke Belanda. Karena Ratna tiba-tiba sakit, jadi gak bisa berangkat. Maaf banget ya Nis, tapi ini bener-bener mendadak banget. Please, kamu mau ya?" Ucap Teguh, salah satu rekan kerjanya di kantor.
"Akses ditolak!" Tulisan kecil di layar pintu itu masih memberitakan hal serupa.
"Duh, ini pintu kenapa sih pake bermasalah segala." Keluh Nisa. Dia kesusahan dengan segala barang-barangnya, dengan telfonnya, dan dengan pintu yang masih belum membuka.
Setelah kerja lembur bagai kuda selama tiga bulan penuh di pedalaman Kalimantan yang minim akses, Nisa akhirnya bisa menikmati hari liburnya dengan berencana staycation di salah satu hotel di Bali. Dia mengajukan cuti selama 1 minggu dan ingin menikmati hari-harinya di sini.
Namun salah satu rekannya yang bernama Ratna, yang harusnya mendampingi managernya untuk berangkat ke Belanda 3 hari lagi, mendadak sakit dan masuk rumah sakit, sehingga dia tidak bisa mendampingi perjalanan dinas itu. Parahnya lagi, managernya meminta Nisa menggantikan Ratna, karena dirasa Nisa lumayan fasih berbahasa Belanda, sehingga akan sedikit memudahkan komunikasi mereka ketika di sana dengan para kolega.
Nisa sudah berusaha menolaknya, karena dia ingin sekali liburan dan menikmati hari-harinya. Bukan perkara mudah harus tinggal di pedalaman Kalimantan, mana dia cewek lagi. Tapi karena profesionalitas kerjanya tinggi, jadi dia harus tahan sampai pekerjaannya selesai.
Tapi sekarang...
"Nisa, please mau ya? Kalau mau, aku segera urus untuk penerbangan kamu hari Kamis." Ucap Teguh.