Mohon tunggu...
Yan Sriw
Yan Sriw Mohon Tunggu... Guru - Keep calm and stay cool

Rencana-Nya, pasti lebih baik dan lebih indah... Trust in Him...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Kenanga di Tepi Jalan

25 Februari 2016   19:38 Diperbarui: 25 Februari 2016   20:01 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Di akhir minggu ke-empat, malam harinya Wini sedang packing, persiapan nanti subuh berangkat lagi ke jakarta untuk melajutkan kulaihnya. Mata Wini terlihat sembab, bibirnya rapat terkdang ia gigit sekeras-kerasnya. Pilu hatinya.... orang yang tiga tahun ini dicintainya tidak lulus dimata sang ayah. Ya memang, Subekti lahir dari keluarga yang sangat berada. Dulu segalanya ia punya, dimanja berlebihan oleh orang tuanya membuat  ia tidak mandiri dan tidak mau melanjutkan sekolah. Merasa hidup sudah serba cukup dari kedua orang tuanya. Bahkan Subekti terbawa pergaulan teman-temannya yang kebanyakan preman.

Waktu subuh pun tiba, Wini pamit pada semua aggota keluarga. Ia menangis menatap adiknya sambil berbisik

“Tolong jaga rahasia kemarin hanya kamu yang tahu.” Safitri menganguk pelan. Safitri mengerti perasaan Kakak nya.

Sejak kepergian Wini, Subekti menyadari bahwa dirinya sangat mencintai Wini. Ia bertekad ingin merubah hidupnya demi cita-cita kait jari yang sudah dijanjikan.

***

Setahun kemudian.

Sebuah mobil sedan berwarna hitam meluncur menuruni jalan aspal yang hitam meski sesekali melindas lubang jalanan. Di dalam mobil sedan seorang perempuan duduk dengan kepala melihat ke arah luar kaca samping. Dilihatnya pesawahan, gunung-gunung, sungai... tatapan matanya kosong. Tiba-tiba ia melihat sebuah bangunan besar yang belum pernah dilihat sebelumnya. Terlihat gerbangnya terbuka dan beberapa mobil elf terparkir.

Mobil sedan  itu terparkir dihalaman rumah Safitri. Dua orang penumpannya turun. Teryata Wini bersama seorang lelaki berbadan tegap. Wini mengetuk pintu. Pintu terbuka, ternyata ibunya Wini yang membuka.

Winiiii....????? “ wajah ibunya sumringah lalu memeluk Wini. Lalu ibunya menoleh ke arah lelaki yang berdiri dibelakang Wini. Belum sempat ibunya bertanya, Wini memperkenalkannya terlebih dahulu.

“Ini Hendri Bu, teman Wini”. Dengan senyum ramah ibu Wini mengajak bersalaman dan mempersilahkan masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun