Mohon tunggu...
Yan Sriw
Yan Sriw Mohon Tunggu... Guru - Keep calm and stay cool

Rencana-Nya, pasti lebih baik dan lebih indah... Trust in Him...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Kenanga di Tepi Jalan

25 Februari 2016   19:38 Diperbarui: 25 Februari 2016   20:01 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“lhaaa, Wini berlebihan pake nangis segala. Ya bersyukur jangan sampai nangis seperti itu kali yayang...” Subekti menggoda Wini yang sedang berurai air mata. Wini mengambil ujung bawah bajunya dan menyapu air mata di wajahnya. Terdengat Subekti berkata lagi.

“Bagusnya hari apa ya Akang datang ke rumahmu...??” ucap Subekti dengan wajah menengadah mengintip langit sore dari celah-celah pohon kersen. Wajah Subekti nampak girang, hatinya bahagia bisa mengucapkan maksud hatinya yang sudah sangat lama dipendamnya. Subekti kembali menoleh ke arah Wini. Dilihatnya wajah Wini tersenyum... namum, sorot matanya begitu sayu.

“Wini sakit??” tanya Subekti

“Enggak….. ” jawab Wini lirih.

“Jadi gimana, kapan waktu yang tepat akang melamarmu...????” desak Subekti. Wini menatap Subekti yang sedang menatap dirinya. Terasa sakiiiiit menyeruak di dalam hati Wini. Betapa ingin ia memeluk Subekti dan tak melepasnya lagi. Tak terasa air mata Wini mulai berlinang lagi. Segera ia mengusapnya dengan kelima jemarinya.

“Kang, orang tua aku aja belum tau hubungan kita serius. Mereka taunya hubungan kita cuma teman biasa.... walau akang sering main ke rumahku, tapi orang tuaku menganggapmu sodara, Kang!!!” Wini menjelaskan. Wini tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa orang tua Wini sudah tau hubungan mereka. Mendengar perkataan Wini, kembali Subekti menekuk lututnya dan memeluknya. Pikiran Subekti melayang. Ya memang, orang tua mereka adalah sahabat karib sejak kecil. Hanya saja ayah Subekti sedah meninggal 5 tahun lalu.

“Tapi kan Win, hubungan kita sudah cukup lama, ini tahun ketiga kita menjalin hubungan dan ini pertemuan kita yang ke enam. Apa itu masih kurang?? “ tanya Subekti.

“Bukan masalah kurang ato tidak Kang. Aku pengen beresin kuliah dulu...” Wini terhenti menahan tangis sehingga suaranya jadi berat dan tersendat-sendat.

“Tunggu aku sampe beres kuliah baru nanti Akang lamar aku. Akang cari kerjaan yang bagus untuk persiapan kita kelak, barangkali kita jodoh”.

“hhmmmm.......” Subekti mengangguk-ngangguk. Ada sedikit perasaan kecewa di hati Subekti. Tapi apa mau dikata.

“Tapi, akang ingin kita berjanji. Wini janji akan setia, dan Akang janji untuk setia menunggumu kembali tahun depan...” lanjut Subekti sambil menyodorkan jari kelingkingnya. Wini sesaat terdiam, tangannya ragu-ragu untuk menyambut berkait jari tanda berjanji. Wini menatap wajah Subekti, ia seolah ingin meyakinkan dirinya bahwa Subekti adalah jodohnya. Jari kelingkinpun berkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun