“Ayaaahh siniii, ini siapa yang datang...coba liat siniii” setengah berteriak ibu Wini memanggil suaminya. Tak lama ayah Wini datang dari arah dapur.
“Wini, jam berapa dari sana?? Ini siapa???” tanya ayah Wini sambil menyodorkan tangan bersalaman.
“Perkenalkan pak, nama saya Hendri temen deketnya Wini” pemuda itu mengangguk sambil tersenyum. Tiba-tiba datang Safitri, hampir berteriak ketika melihat kakanya ada dirumah.
“Eeeeeehh kakaaaakkk” Safitri berpelukan saking kangennya setelah setahun tidak bertemu.
Sekitar setengah jam mereka berlima mengobrol banyak hal.
“Win, barangkali Nak Hendri mau beristirahat, cape kan perjalanan jauh. Sok antar ke kamar depan biar beristirahat disana. Wini pun menunjukkan kamar untuk Hendri beristirahat. Hendri masuk ke kamar dan tertidur pulas.
Di dapur keluarga Wini, ayah, adik, dan ibunya Wini yang sedang memasak. Ayahnya memulai pembicaraan.
“Hendri itu calon mu Win?”
“Iya ayah, dia akan melamar aku” kata Wini sambil menoleh ke ayahnya, menunggu respon dari ayahnya yang sedang menghisap rokok.
“Hhhmmmm...” sahut ayahnya datar. Wini heran kok wajah ayah masih dingin. Bukankah ayah ingin menantu yang sudah kerja, sudah punya mobil pula. Wini melihat ke arah ibunya, ibunya pun sama tidak memperlihatkan wajah terkejut atau gimanaa, malah terus mengaduk-ngaduk sayur di panci. Lalu Wini melihat ke arah adiknya, tah jauh beda adiknya pun tetap tertunduk mengorek-ngorek kuku ibu jarinya. Perasaan Wini semakin tak menentu.
“Ayaaaah...!!!”