“Kemarin-kemarin ayah bilang sama aku, menyesal telah melarang hubungan Kakak sama Kang Bekti.....”.
Badan Wini terasa sangat lemas, hatinya teriris pedih, setelah hancur semua mimpinya, kini bertambah hancurrr..... setelah tau mimpinya tidak akan pernah terjadi. Penyesalan sang ayah hanyalah belati yang membuatnya sekarat dan mati dua kali. Air matanya kembali berurai deras. Dengan sisa-sisa tenaga ia berdiri. Wini berjalan menyusuri pinggiran jalan aspal yang hitam menuju sungai yang airnya tak pernah habis... Matahari sudah hampir tenggelam, tapi sesosok manusia masih tersandar dibatang pohon kersen. Air matanya tak henti berderai...angin malam mulai menerpa wajahnya, wangi kenanga yang pernah tercium setahun lalu kini kembali tercium lagi.....***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H