Mohon tunggu...
Andi Muhammad Husein Mazhahiri
Andi Muhammad Husein Mazhahiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - tidak tampan tapi suka mandi dan suka kamu

love of my life

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jiwa dalam Teleologi Presepsi

28 Juni 2021   21:20 Diperbarui: 30 Juni 2021   02:06 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dinkes.bulelengkab.go.id

Namun perlu digaris bawahi bahwa tidak setiap jiwa mampu actual ke alam ide, jika alam ide dipahami sebagai informasi tuhan atau semuanya mengandung nilai-nilai kebaikan vertkikal maka jiwa yang kualitasnya wahm tidak akan sampai pada alam ide, karena sesuatu yang buruk tidak akan menyatu dengan sesuatu yang baik. 

Artinya imajinasi manusia memiliki efek nyata dan bersifat tak terbatas, Ketika tubuh halus bertemu dengan fisiknya ia akan menjadi-jadi, karena ada fungsi representative atau gambaran yang memberikan efek kepada manusia seperti takut mati, hal ini terjadi karena jiwa manusia dikuasai oleh wahm atau makhluk halus. Manusia takut akan kematian karena ia takut kehilangan kenikmatan inderawi (jiwa ke alam) atau banyaknya wahm yang menumpuk di jiwanya, maka jiwa yang baik (jiwa ke akal) akan melawan kenikmatan tersebut agar tidak mendominasi jiwa kita, karena jiwa tidak terbatas pada hal-hal inderawi, ia mampu tembus ke alam keabadian (alam ide). jiwa yang bergerak menuju akal (bangkit) adalah jiwa yang rindu akan keabadian dan keindahan non fisik. Jiwa yang tidak bisa bangkit ia akan terhimpit.

Oleh karena itu jiwa yang belum stabil harus dibawa pada akal yang menjadi pusat keseimbangan dan kestabilan. Jika jiwa manusia sampai pada akal ia akan menemukan puncak aktualitas tertingginya. Maka pengetahuan kita harus aktual sampai pada akal kudus, agar pengetahuan kita menjaga kita. Artinya pengetahun dalam teleologi itu kesucian jika sampai pada mustafad.

Kesadaran butuh pada akal, tapi jika tidak sampai pada akal maka itu belum stabil, akal berfungsi untuk membuat kesadaran mejadi stabil. Seperti kita menyadari akan kematian, tetapi bagaimana kita akan berjalan menuju kematian itu inilah kinerja akal.

Maka sekalipun bentuk filosofis perlu adanya pengetahuan dalam tingkatan yang lebih tinggi yaitu akal, jiwa harus diantar pada aktualitas sejati, pada tingkatan ini keberadaan bukan lagi bersifat potensi ada ya ada. artinya keberadaan itu bisa kita pahami yang tidak butuh gambar, forma dan materi tapi ada itu eksis, ada merupakan aktualitas atau juga ada itu adalah acuan. Maka objek pahaman tertinggi dari akal adalam persepsi tentang keberadaan. Maka wujud itu aktif atau akal aktif. Maka ada itu tidak terbatas, bentuk tidak bisa membatasi wujud.

Kalau jiwa sudah aktual itulah akal, maka perbuatan itu adalah akal, semua perbuatan mengantarkan kepada kebahagiaan karena akal adalah aktualitas jiwa yang stabil, maka perbuatan itu tidak lagi berkaitan dengan kehampaan dan kegelisahan. Berarti ada dua ranah yaitu akal adalah aktualisasi jiwa dan Akal adalah jiwa dalam bentuk perbuatan, inilah pentingnya teleologi untuk kestabilan jiwa. Maka seluruh perbuatan manusia adalah tindakan akal, tindakan yang berbasis pada moral ilahiah. Tindakan ini bukan lagi tindakan manusia sebagai subjek yang mempersepsi tetapi tindakan akal atau tindakan tuhan.

Mulla Sadra berpendapat bahwa kehadiran pengetahuan manusia merupakan penyatuan antara apa yang dipahami dengan subjek yang memahami, menjadi satu tak terpisahkan. Maka ada dua subjek  yaitu, sebjek procedural dan subjek akal. Subjek procedural akal Fi'il  adalah penyatuan antara subjek yang mempersepsi dan objek yang dipersepsi artinya subjek ini dalam hubungan jiwa dengan alam objeknya beragam (husuli). Sedangkan penyatuan antara subjek yang mempersepsi dan objek yang dipersepsi pada pengetahuan akal adalah penyatuan wujud (eksistensi) subjek tunggal. 

Artinya tindakan jiwa merupakan tindakan akal aktif. Seperti contohnya tangan kita yang bertindak atau subjeknya, tetapi sebenarnya yang bergerak adalah kehadiran (huduri) atau pengetahuan yang mendahului tindakan maka keberadaan mendahului segala sesuatu. begitu juga dengan subjek akal, tindakan manusia diawali oleh keberadaan pengetahuan terhadap akal (tuhan) huduri kompleks. Artinya keberadaan ini mendahuli tindakan atau "ada" mendahului "apa". Jiwa haruslah  sampai pada tahap ini karena disinilah pusat ke stabilan dan aktualitas sejatinya. Jiwa pada tahapan ini seuluruh tindakannya adalah tindakan kebenaran, karena jiwa menemukan realitas sejatinya yaitu akal.

Maka kehadiran (huduri) pada diri manusia mengawali segala sesuatu dan hakiki, Maka sifat persepsi dibagi menjadi dua yaitu: kehadiran dan husuli, pengetahuan hakiki berada pada huduri, karena manusia memiliki hubungan langsung dengan jiwanya, tentu pengetahuan ini mendalam artinya tidak berhenti pada aksiden-aksiden. Munculnya husuli karena manusia berhubungan dengan konsep-konsep particular yang harus dibawa pada kehadiran. Secara procedural husuli mengawali huduri, tetapi hakikinya huduri mengawali husuli karena huduri lah yang melingkupi husuli.

Bagaimana kaitan antara pengetahuan husuli dengan pengetahuan huduri? Penulis memberikan jawaban dengan skema contoh, misalkan ada informasi yang dihadirkan dari indera lalu kita respon cepat seperti ketika kita menujukkan jari tangan kita lalu secara spontan kita menjawab ada lima jari, seperti 4x4=16.

Huduri dibagi menjadi dua yaitu huduri sederhana dan huduri kompleks. Huduri sederhana setiap manusia memilikinya seperti rasa suka, benci dan lain-lain. Namun huduri awal bisa berubah sesuai dengan informasi yang diperolehnya. Huduri tidak mengenal salah dan benar karena itu wilayah husuli, artinya perubahan pada huduri itu tergantung pada husulinya atau ketika kita meletakkan suka dan tidak suka di realitas alam maka itu sudah menjadi husuli atau procedural husuli maka benar dan salah ada pada ranah husuli. Ilmu husuli memberikan respon pada huduri baru, sesuai prosedur husuli. Pengaruh-pengaruh dari alam, memberikan respon kepada huduri haruskan kita bertindak atau tidak terhadap pengaruh alam tersebut, tapi sebelumnya bertindak ada tidak itu kerja husuli, maka ushuli menjadi pengukur huduri manusia sampai pada huduri kompleks, urutannya adalah dari sederhana ke kompleks. Urutannya sebagai berikut sesuai dengan tingkatan huduri: indera, imaji dan akal, huduri kompleks berada pada akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun