Mohon tunggu...
Andi Muhammad Husein Mazhahiri
Andi Muhammad Husein Mazhahiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - tidak tampan tapi suka mandi dan suka kamu

love of my life

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jiwa dalam Teleologi Presepsi

28 Juni 2021   21:20 Diperbarui: 30 Juni 2021   02:06 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dinkes.bulelengkab.go.id

Mulla Sadra berpendapat bahwa jiwa manusia memiliki 5 fakultas batin yaitu indera universal (sensus communis), penggambaran (representative), penilaian  (estimative, wahm), ingatan (retentive) dan khayal (imaginative). Kelimanya memiliki corak tersendiri di dalam imajinasi. 

Indera universal diartikan sebagai batin manusia yang beralasi langsung dengan persepsi indera luar. Dari kelima fakultas batin manusia memiliki kaitan dengan tiga fungsi yang berbeda yaitu 1. Kapasitas pasif gambaran, imajinasi hanya menangkap dan menyimpan gambaran-gambaran dari luar yang kemudian diproyeksikan ke indera universal, analogi cermin. 2. Kapasitas aktif membantu fakultas penilaian yang di dalamnya manusia membentuk gambaran parsial tetapi kapasitas ini memaksa manusia untuk membuat panilaian yang bertentangan dengan akal. 3. Kapasitas aktif dalam hubungannya dengan akal.

Imaninasi dala artian pasif berarti hanya menerima saja baik dari indera universal atau dalam indera atau luar indera, sedangkan imajinasi aktif adalah membantu fakultas penilaian yang tidak berkorelasi dengan akal seperti contohnya "gak papa kan cumin sekali", tetapi tetap hubungannya dengan indera universal dan fakultas penilaian. Maka ada dua jenis imajinasi aktif yaitu bertentangan dengan akal (turun ke alam) dan imjinasi aktig menyambung ke akal. 

Pada ranah ini ada du tuntutan taitu objektif dan subjektif karena imaji manusia tidak terbatas, bahkan bisa diperbesar dan karena manusia  mampu mengimajinasikan di luar batas-batas inderanya, artinya sekalipun di luar bertumpuk namun di imaji kita sama yang ada berat dan massa. Intinya imajinasi pasif hanya menerima saja (penyimpanan). Sedangkan jiwa yang aktif bersifat membantu biasa di dalam muridnya. Namun sejatinya imaji aktif ke akal untuk menemukan eksistensinya.

 Maka dari itu imajinasi menjadi penghubung antara alam dengan akal, imajinasi menjadi jembatan dengan syarat imajinasi aktif menuju akal agar imajinasi manusia menjadi transisi antara tubuh dengan akalnya.

Namun persepsi imajinasi memiliki sifat-sifat tertentu yaitu aktif dan passive. Keduanya menjadi penghubung antara alam dengan akal, imajinasi sebagai jembatan tidak mungkin kosong dari potensi untuk menuju akal, oleh karena itu ada kapasitas aktif dalam imaji manusia tetapi bukan yang turun ke alam (bertentangan dengan akal) aktif yang selaras dengan objek-objek akal. Maka fungsi passive imajinasi sebagai penyimpan berarti tidak semua yang masuk pada diri manusia tidak semuanya terwujud di dalam jiwa karena ada kapasitas jiwa aktif yang mampu memberikan penilaian baik ke akal ataupun ke alam sehingga membentuk jiwa.

Jika imajinasi pasif manusia berfungsi menerima, bagaimana objek di luar itu masuk pada manusia apakah itu imajinasi, otak atau abstraksi? Beberapa filsof berbeda pandangan dalam melihat ini. Menurut ibnu Shina berpendapat bahwa ada proses abstraksi yang masuk pada manusia hingga sampai pada anstraksi akal. 

Ibn Sina menjalaskan bahwa abstraksi ini perpindahan dari hal partikular ke universal bahwa bentuk yang masuk pada jiwa manusia dari hal partikular (materi) ke universal (non materi), tetapi Mulla Sadra berbeda dalam menjalaskan abstraksi ia mengkritik Ibnu Shina tentang pandangannya terkait abstraksi, menurutnya bahwa abstraksi itu bukanlah bentukan akal tetapi bentukan jiwa yang sampai pada titik kuiditasnya. 

Karena jika abstraksi dipahami hanya perpindahan dari partikular ke universal dari indera ke imajinasi sudah bisa dikatakan perpindahan dari partikular ke universal atau abstraksi dari partikular menuju universal. maka universal disini bukanlah bentukan akal tetapi berhenti pada imajinasi passif karena tidak sampai pada persepsi akal. Maka universal menurut Ibn Sina bukan universal filsafat karena tidak sampai pada pahaman akal, universal yang dimaksud adalah imajinasi manusia yang berhubungan dengan alam dan bersifat tidak stabil. Maka abstraksi dalam pandangan Ibn Sina pengetahuan procedural atau konsepsi belum sampai pada akal. Karena jika masuk pada pahaman akal semuanya manjadi wujud baik partikular ataupun universal dua-duanya bersumber dari jiwa artinya ada yang hadir di dalam jiwa manusia sehingga menjadi subjek=objek. 

Artinya manusia menjadi subjek dan pahaman jiwanya (kehadiran) menjadi objek. artinya keberadaan mendahuli apa, karena semuanya menjadi wujud sedangkan pertanyaa "apa" itu berkaitan dengan procedural. Maka sebenarnya yang mendahului semuanya ini bukan alam tetapi jiwa. Jiwa dengan kahadirannya memancar ke alam sesuai dengan kehadirannya. Secara procedural alam mendahului keberadaan tetapi secara ontologis jiwalah yang menjadi locus ap aitu "ada"disinilah letak penyatuan antara subjek dengan objek yang disebut dengan persepsi (keberadaan/wujud).

Persepsi Akal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun