Persepsi ini merupakan tingkatan tertinggi, dalam istilahnya dikenal dengan (Ta'aqqul), pada tingkatan ini akal menjadi tumpuan dari persepsi indera dan imajinasi untuk menemukan titik kestabilannya, jiwa manusia secara potensialitas tidak lepas dari hal-hal psikologis dalam hubungannya dengan alam, maka akal turun untuk menstabilkan jiwa kita karena akal satu-satunya jalan untuk menemukan kestabilan, artinya jiwa sebagai potensi pada aktualitasnya disebut akal, namun aktualitas jiwa tidak diperoleh tanpa adanya perbuatan, perbuatan yang dimaksud adalah realitas alam, artinya perbuatan adalah akal aktif yang mengantarkan manusia pada puncak kestabilannya (kebahagiaan), disinilah perbuatan tidak lagi berkaitan dengan kehampaan dan kegelisah. Berarti ada dua ranah jiwa dalam aktualitasnya yaitu akal aktualitas dari jiwa dan akal adalah jiwa dalam bentuk perbuatan.
Tingkatan wujud selaras dengan tingkatan persepsi artinya tingkatan wujud berkaitan dengan tingkatan eksistensinya wujud fisik, wujud imajinasi dan eksistensi akal, ketiganya maujud dan memiliki acuan masing-masing. Maka indera, imajinasi dan akal semuanya memiliki sumber dengan realitas alamnya masing-masing, manusia mampu hidup di tiga alam ini oleh karena itu ada tiga fakultas alam dalam diri manusia, siapapun yang mampu menggunakan ketiganya dengan baik itulah insan kamil, namun tumpuannya pada pengetahuan. wujud sangat terkait dengan pengetahuan karena tingkatan pengetahuan menentukan tingkatan wujud artinya sesuai dengan apa yang dicapai oleh manusia sampai pada tingkatan tertingginya yaitu akal.
Dalam pandangan Mulla Sadra, kesadaran adalah kehadiran atau pengingatan Kembali kuiditas wujud-wujud eksternal atau objek bagian aspek esensialnya di dalam pikiran manusia. Kesadaran hanyalah jiwa yang sederhana dan immaterial yang di dalamnya dapat dihadirkan diri dan objek-objek lain, karena sifat esensial materi adalah ketidaksadaran jiwa terhadap segala sesuatu. Dengan demikian kesadaran sama halnya dengan kehadiran objek eksternal atau sesuatu yang diketahui secara aksidental di dalam pikiran manusia yang menjelaskan dan menyingkap segala aspek, Mulla Sadra menganggapnya prasyarat persepsi dan pengetahuan. Maka kehadiran merupakan ketersingkapan di dalam kuiditas objek-objek eksternal yang menjadi syarat eksklusif sebagai neraca persepsi antara benar atau salah. Maka menurut Mulla Sadra kesadaran dan keinginan adalah pengetahuan jiwa melalui kehadiran dimana bentuk-bentuk kemudian digambarkan dalam jiwa tersebut. Dengan kata lain, validitas informasi berpengaruh pada kesadaran, artinya harus ada pemilahan terhadap gambaran atau objek indera agar jiwa manusia menjadi stabil.
Bahwa kehadiranlah yang menentukan tingkatan dan wujud persepsi, kehadiran secara inderawi tidak bisa dijadikan sebagai acuan, karena inderawi tidak memiliki fakultas penilaian. Indera hanya menerima objek aksidental dari luar, maka indera terhitung lemah dalam tingkatan ini. apa yang hadir pada indera akan hadir pula pada imajinasi manusia sesuai dengan tingkat perhatiannya terhadap objek. imajinasi menerima bentuk dari luar tetapi bukan bentuk ilmiah melainkan bentuk filosofis atau bentuk yang terpisah dari materi di luar. Imajinasi mampu mengembangkannya dan memperluas bentuk yang diterima dari luar.
Tetapi bentuk yang masuk pada imajinasi manusia juga memiliki dua bentuk yaitu psikologis dan filosofis (akal), imajinasi manusia memiliki dua kapasitas yaitu passive dan aktif. Kapasitas passive jiwa manusia hanya menerima bentuk-bentuk dari indera sedangkan kapasitas aktif merupakan jiwa manusia mengkonstruk apa yang masuk kedalamnya, artinya jiwa merekonstruksi setiap bentuk-bentuk dan membentuk kadalam wujud, jiwa merekonstruksi ke atas atau ke masa depan atau jiwa mengalami penyempurnaan. Inilah kreatifitas jiwa manusia yang mampu menghasilkan hal-hal baru artinya imajinasi aktif memiliki produktifitas pada mental manusia. Seperti halnya, kita melihat orang di luar kita berkacamata lalu kita imajinasikan dengan penambahan-penambahan bermacam-macam misal kita ta,bahkan kepala orang itu menjadi 5. Inilah kekuatan imajinasi manusia yang tidak didapat dari alam materi.
Kapasitas aktif memiliki dua keadaan yaitu jiwa aktif ke alam (psikologis) dan jiwa aktif ke akal. Jiwa aktif ke alam adalah jiwa yang belum stabil atau masih bersifat psikologis tidak stabil. Jiwa dalam hubungannya dengan alam tidak bisa lepas dari aspek psikologis seperti halnya suka dan tidak suka. Tahapan ini jiwa masih pada tingkatan akal bilfi'il atau pengetahuan yang diperolehnya masih bersifat procedural atau pengetahuan yang masih bercampur dengan Wahm, konsep-konsep seperti gambaran-gambaran inderawi, sehingga susah menemukan kestabilannya. Jika jiwa manusia terjebak pada hal-hal inderawi ia akan mengalami dominasi oleh tubuh fisik. Sehingga susah aktual sampai pada akal. Jiwa aktif ke akal merupakan jiwa dalam bentuk perbuatan yang tidak berkaitan dengan hal-hal psikologis, atau jiwa dalam pertimbangan akal.
Dalam pandangan Sadra ide kreatif atau berada di antara imajinasi dan akal tapi locusnya di imajinasi, sedangkan di barat ide kreatif hasil dari perluasan dari alam. Imajinasi kreatif merupakan alam peralihan dari alam Imaji ke akal, apapun yang dilukiskan bersumber dari akal, yang dilihat hanyalah keindahan. Maka setiap kita akan menyaksikan apa yang ada di jiwa kita setelah jiwa sampai pada aktualitas tertingginya yaitu akal.
Ukuran imajinasi kreatif itu harus sampai pada akal bukan hal-hal yang bersifat procedural yang mengasilkan subjektifitas locusnya kestabilan bukan determinasi. Alam ide merupakan perantara imajinasi aktif ke akal yang bertempat di imajinasi. Alam ide juga disebut alam Mitsal atau gambaran. Artinya alam ide ini lahir dari imajinasi aktif sebagai perantara antara alam dan akal, dalam bahasanya platon Arketipe yang di dalamnya terdapat kebahagiaan, keabadian, kestabilan. Alam ide menerima bentuk dari akal atau bahasa lainnya alam ide ini wadah dari akal. Alam ide menjadi stabil karena seluruh isinya berasal dari akal.
Ketika akal  turun pada imajinasi ada dorongan Wahm, yang tidak mau diganti dengan akal, Wahm bertarung dengan alam ide, artinya yang menjadi perantara dikasih ricuh oleh Wahm.  Bagaimana alam ide kita kuatnya ke akal itulah akal kita. Jika manusia sampai pada tataran akal alam idelah yang menggerakkan manusia. Alam ide dipenuhi dengan kestabilan seperti cinta dan benci. Cinta dan benci di alam bersifat estimative yang tidak stabil sedangkan cinta dan benci di alam ide bersifat stabil. Artinya apa saja yang ada di alam ide mengandung kestabilan sedangkan ketidak stabilan itu muncul dari alam material seperti lapar, minum dan ngantuk dari ketiganya mesti ada yang dikorbankan atau konsep ganggu pada mengganggu. Maka diperlukanlah hukum untuk mengatur seluruh tindakan manusia di alam.
Berbeda dengan fisik, imjinasi manusia tidak dibatasi penglihatannya pada hal-hal fisik, bahkan di saat tubuh mengalami kematian imajinasi manusia tidak mati. Setiap sesuatu yang bersifat inderawi atau fisik akan mengalami kehancuran, tetapi imajinasi manusia tidak hancur ia terus bergerak sekalipun tubuh mengalami kematian. Bahkan, ketika fakultas imajinatif dipisahkan dari alam materi ini melalui kematian manusia. Jiwa masih memiliki persepsi individu dan memiliki kesadaran inderawi yang melingkupi semua indera manusia. Artinya imajinasi manusia mampu bergerak tak dibatasi oleh keterbatasan indera manusia.
Mulla Sadra berpendapat bahwasanya, apapun yang dilakukan manusia semasa hidupnya, baik internal ataupun eksternal akan terkumpul pada fakultas imajinasi, dalam bahasanya dikenal dengan istilah "tubuh halus" maka dari itu Ketika jiwa kehilangan fisiknya ia tidak kehilangan wujudnya, justru ia bergerak menuju alam berzakh atau alam peralihan yaitu dunia ide, sesuai dengan sifatnya yang hakiki.Â