"Inikah tempatnya?"Ujar Rocco sambil turun dari kuda itu.
"Ya, kita sudah sampai di Gunung Snezka..." Farliy membalas, bersamaan dengan kedua pengawal yang turun.
"Itu bunganya!" Orin menunjuk dari kejauhan, Bunga itu berwarna putih, kelopaknya mekar. Hanya ada setangkai dan sinar Matahari menyinarinya. Orang-orang itu mendekatinya.
"Ini lah yang kita cari... sebuah obat penawar." Lengan berbulu Rocco menyentuhnya, kemudian ia melanjutkan,
"Tetapi ini tangkai terakhir, kita tidak bisa mengambilnya begitu saja." Mereka semua terdiam, dibuat bingung oleh perkataan Rocco.
"Aku tidak ingin merusak alam lagi." Seketika Farliy bersuara.
"Yang benar saja, kita sudah jauh-jauh ke sini! Bagaimana kita menyembuhkan Kota kita, Farliy?! Ini satu-satunya harapan!" Rene dan Orin mendekat ke arah lelaki itu. Selagi lelaki itu dibuat bimbang karena perkataan Afina tadi, bahwa manusia harus menjaga Alamnya, tetapi ia juga harus menyelamatkan Kota. Farliy duduk membelakangi mereka.
"Tidak, aku tidak akan mengambil bunga terakhir itu." Ucap Penyihir Kerajaan itu. Pengawal itu marah hendak menyadarkan Farliy, akan tetapi ia melanjutkan.
"Apa kalian lupa apa yang Peri itu bilang? Kita tidak boleh merusak alam lagi, manusia sudah terlalu banyak membuat kekacauan di Bumi ini. Penyakit yang kita alami adalah balasan atas berbuatan kita sendiri, Perempuan itu mencoba menyadarkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan kebersihan." Farliy lalu pergi ke arah kuda itu dan Rocco mengikutinya dari belakang.
Kedua pengawal itu kecewa atas keputusan Farliy, tetapi apa yang ia bilang itu memang kenyataan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Akhirnya kedua pengawal itu mengikuti Farliy dan Rocco untuk pergi dari Gunung itu. Ketiga kudanya sudah berbalik dengan sayap yang bersiap untuk terbang, seketika bunga itu berbicara.
"Terima kasih atas keputusanmu..." Mereka serentak membalikan kuda-kuda mereka, bunga yang ia lihat berubah menjadi wanita dewasa yang memiliki sayap panjang di tubuhnya.