Awan-Awan Kastil Malbork
Kota Malbork sedang berduka, cuaca selalu indah namun tidak ada orang di luar. Langit biru muncul membawa awan-awan cerah, namun... hari demi hari tidak bisa dinikmati.Â
Rerumputan liar tumbuh karena tidak diurus, penduduk diharuskan berdiam di Rumah masing-masing selama hal ini berlangsung. Sejak sepuluh bulan kemarin, Kota ini mengalami penyakit baru yang sulit untuk dihilangkan dengan waktu sebentar.
Mengakibatkan warga kesulitan beraktivitas, orang-orang yang menderita, tidak bisa bebas berkomunikasi, baik pertenakan atau pertanian seketika lumpuh.Â
Pemerintah kerajaan baru-baru ini memberi pengumuman tentang menjaga kebersihan, mencuci tangan tiap saat, menjaga jarak, namun tetap saja mereka tidak menemukan obat penawar penghilang malapetaka itu. Seketika Raja ingat bahwa dirinya mempunyai penyihir kerajaan yang dapat diandalkan.
"Farliy! Kau dipanggil ke ruang pertemuan, ada yang mau dibicarakan oleh Baginda." Kata seorang kepala pengawal yang sedang bertugas.
"Ayo lah, aku sedang mencari ramuan untuk menghilangkan penyakit yang menjengkelkan ini." Farliy terlihat duduk sedang mengotak-ngatik cairan,
"Apakah Raja itu sudah memiliki solusi bagi kita?" Rocco yang sedang membaca buku tiba-tiba menimbrung.
"Aku tidak berbicara kepadamu kelinci payah!" Pengawal kerajaan terlihat kesal, lalu ia melanjutkan,
"Pokoknya kami pihak kerajaan tidak ingin kau membolos pertemuan lagi" lalu dirinya pun pergi dengan membawa surat yang hendak diberikan kepada orang penting lainnya.
Rocco si kelinci menutup buku yang dibacanya, terlihat murung ketika ia dibilang payah oleh pengawal, pengawal tersebut tidak tahu bahwa ia memiliki peran penting yang sama dengan Farliy.
Mereka berdua adalah dua sahabat yang tidak dapat dipisahkan. Farliy yang sedang sibuk pun langsung melihat kearah Rocco, temannya tahu bahwa kelinci itu sensitif akan perkataan orang lain, Lalu perlahan Farliy mendekati dirinya.
"Sudahlah kawan, jangan dimasukan ke hati, kau adalah yang terbaik dari yang terbaik. Ingatkah saat tiga tahun yang lalu aku menemukanmu di Hutan sendiri karena kehilangan ibumu? Itu takdir kita berdua. Aku memberikan ramuan berbicara ini, karena aku tahu kau tidak akan meninggalkanku." Lelaki itu menepuk pundak sahabatnya.
"Aku akan membuktikan pihak kerajaan bahwa aku sama pentingnya dengan dirimu, ajak aku ke pertemuan tersebut!" mereka berdua segera berganti baju dan memenuhi mulutnya dengan segumpal roti.
Di perjalan ruang pertemuan, semua pengawal yang berjaga tunduk kepada mereka berdua. Bukan tanpa sebab, Farliy dan Rocco pernah menyelamatkan Kota, saat naga yang mengamuk oleh bajak laut pencuri harta yang datang untuk mengambil telur emas ke Gua Malbork. Rocco berjalan dengan keempat kakinya dengan rendah hati.
Setibanya di ruang pertemuan, Raja menyambut mereka dengan baik. Ia mempersilahkan anggota yang hadir duduk dengan nyaman di kursi yang telah disediakan.
"Hei kalian berdua! Buatkan makanan dan minuman terbaik yang dimiliki Kerajaan untuk mereka semua." Raja berteriak pada para pelayan yang ada di sana.
"Baik Baginda." Kedua pelayan itu beranjak kearah dapur.
Bersamaan dengan orang lainnya, Farliy dan Rocco menarik kursi mereka dan duduk dengan manis. Mereka tetap menghargai Rajanya yang sudah berbuat banyak bagi masyarakat Malbork, walaupun perlakuan Raja kadang menyebalkan. Tak lama, Raja lalu mengetuk gelas kacanya dengan sendok.
"Perhatian kepada petinggi penting yang dipanggil untuk pertemuan hari ini. Aku mempunyai dua kabar gembira untuk  kalian semua." Raut wajah orang-orang itu lega setelah Raja mengeluarkan kabar baik bagi Kota ini.
"Yang pertama, aku mempunyai informasi atas orang yang bertanggung jawab oleh bencana yang dialami oleh kampung halaman kita. Seorang yang berjaga di menara sempat melakukan komunikasi dengan perempuan bersayap, ia yang menyebarkan penyakit aneh ini kepada kampung halaman kita." Orang-orang itu hendak mengeluarkan amarahnya, tetapi Raja masih melanjutkan,
"Yang kedua, cendekiawan kita memiliki informasi tentang obat penawar tersebut, jauh di dalam gunung tinggi terdapat sebuah bunga indah yang bisa menghilangkan penyakit ini." Raja belum menutup mulutnya,
"Tetapi Farliy, kau ahlinya dalam bidang biologi dan kimia, kau sendiri yang harus mencari bunga itu, lalu mengolah tumbuhan tersebut menjadi gas dan menyebarkan bunga itu ke seluruh langit Malbork." Raja sambil menunjuk Farliy.
Dalam hati lelaki itu bergembira, ia bisa melakukan petualangan kembali dengan sahabatnya, namun hal ini tidak akan mudah karena ia harus melalui berbagai rintangan untuk mencapai gunung tinggi itu.
"Baik Baginda, apakah aku boleh ditemani oleh Rocco? Sebab aku tidak bisa meninggalkan dirinya sendiri."
"Boleh, asalkan kalian berdua kembali dengan selamat. Jika ada yang dibutuhkan segera memberitahu kami." Raja tersenyum kepada mereka berdua. Rocco lalu dengan semangat berteriak,
"Baginda! Kami membutuhkan seekor kuda, makanan yang berlimpah, baju pelindung, uang yang banyak, serta pengawal khusus untuk bisa kami sampai ke sana." Para petinggi yang lain protes atas saran yang diberikan Rocco, tetapi Jenderal mendukungnya.
"Aku kira apa yang diinginkan Rocco ada benarnya juga, mereka berdua tidak bisa ke Gunung itu tanpa tangan kosong." Jenderal menambahkan,
"Kami akan memberikan dua penjaga terbaik yang dimiliki oleh Kerajaan ini, bagaimana Baginda?"
"Saya setuju Jenderal, mereka berdua tidak boleh mati sia-sia. Kita harus mendapatkan obat penawar itu segera sebelum korban lain bertambah! Pengawal siapkan barang-barang!" Raja lalu menyuruh pengawal untuk menyiapkan yang disarankan oleh Rocco.
"Baik lah, aku kira cukupkan untuk pertemuan hari ini. Tolong kalian berdua pergi dengan hati-hati, kerajaan sangat bergantung pada kalian. Kami di sini akan memastikan rakyat mematuhi peraturan, dan tetap mengantisipasi banyaknya korban bertambah."
"Siap Baginda Raja, kami tidak akan mengecewakan pihak Kerajaan, kami harus kembali dengan membawa bunga tersebut. Terima kasih, Baginda Raja." Keduanya hendak meninggalkan kursi dan kembali ke kamarnya untuk menyiapkan barang-barang, namun ditahan oleh Raja.
"Oh iya tunggu dulu, ada hal yang belum aku sampaikan. Ini adalah penyakit baru yang diciptakan oleh perempuan bersayap itu, dan mungkin dirinya tinggal di sekitar Gunung tersebut, jadi berhati-hatilah." Raja sambil memberikan petunjuk peta.
Mereka berdua kembali ke kamarnya menyiapkan beberapa tas, baju, ramuan mendesak jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan tak lupa perlengkapan yang dapat mendukung perjalanan singkatnya ini.Â
Farliy yang sedang melihat peta yang diberikan Raja, memperkirakan bahwa perjalan ini memakan waktu selama tiga hari. Setelah mempersiapkan semuanya, Rocco beranjak tidur, tetapi Farliy masih berada di Mejanya untuk mempersiapkan perjalanan.
Petualangan yang dinantikan oleh mereka akhirnya datang hari ini, Â Rocco bangun sangat pagi, tetapi Farliy masih tertidur dengan lelap, ia membangunkan sahabatnya, terlihat ia mengeluarkan air liur di atas peta pemberian Raja. Rocco menarik kertas itu dan Farliy pun terbangun dengan muka jeleknya.
"Kau mengganggu tidurku yang pulas..."
"Kita harus segera berangkat, dari jendela aku melihat sebuah kuda yang sudah disiapkan untuk kita, dan daritadi para pengawal khusus sudah menunggu kita, cepat lah mandi dasar manusia!" Rocco menarik-narik tangan Farliy yang menggantung di samping mejanya.
"Apakah hari ini?!" Farliy berdiri dari kursinya,
"Apa kau sudah mandi Rocco?" suaranya yang dikeluarkannya sangat pelan.
"Sejak kapan Kelinci mandi?!" Farliy lupa bahwa sahabatnya adalah seekor kelinci putih, dia membersihkan badannya dengan menjilat-jilati bulunya.
"BAIK LAH KELINCI MENYEBALKAN, KARENA KAU TIDAK PERLU MANDI, TUGASMU HANYA BERIKAN PERLENGKAPAN KEPADA PENGAWAL YANG ADA DI LUAR. SEKARANG JUGA" akhirnya lelaki itu mengambil handuk dengan rambut panjang yang kusut.
"Oke-oke, aku akan menunggumu di halaman depan. Jangan terlalu lama... kita harus segera pergi mencari bunganya."
Farliy pergi ke kamar mandi, Rocco pergi membawa barang-barang ke luar kamar mereka, pengawal khusus segera mengambilnya dan membawakan ke bawah. Rocco si kelinci ajaib dapat menjadikan dua kakinya sebagai tangan, namun tetap ia butuh bantuan, karena berjalan dengan keempat kakinya.Â
Sekitar lima belas menit berlalu, akhirnya Farliy muncul di depan mereka semua, tiga buah kuda disiapkan, satu untuk mereka dan dua lagi untuk pengawal khusus, terlihat pengawal sudah membawa pedang yang menggantung di belakang badannya.
"Baik lah, aku bisa menebak perjalanan ini tidak akan aman." dalam hati Farliy, tetapi ia akan tenang ketika sahabatnya tetap berada di sisinya.
"Ini, aku bawakan roti daging untukmu" Rocco menyisakan roti itu untuk Farliy.
"Dari mana kau mendapatkannya?"
 "Aku diajak makan bersama dengan Raja, lalu aku bilang kau sedang mandi." Rocco menggerakan telinganya yang panjang, ia merasa bersalah.
"Terima kasih sudah menyisakan roti ini untukku" Farliy tersenyum pada kelinci itu, Rocco pun membalas senyumannya.
"Perkenalkan Kami pengawal khusus kalian, namaku Rene dan dia Orin" pengawal itu menjulurkan tangan.
"Aku Farliy dan ini sahabatku Rocco. Jangan kaget, ia sudah seperti manusia." Farliy dan Rocco menjabat tangan mereka berdua.
"Baik semuanya sudah siap, kita berangkat! Jangan kecewakan Raja beserta warga yang lain!" Rocco beserta dua pengawal khususnya mengepalkan tangannya ke udara.
Mereka memasuki Hutan Malbork tempat pertama yang harus dilalui dalam peta, lingkungan itu tampak sepi, tidak ada orang lain selain mereka. Ini sangat berbeda dengan Kota, pepohonan tampak lebih subur alami, batang menjulang tinggi, daun-daun tumbuh hijau mengeluarkan udara sejuk.Â
Ada hal positif yang diberikan penyakit itu kepada Hutan, tidak adanya jejak manusia yang merusak kawasan tersebut, burung-burung berterbangan di atas langit. Terlihat keluarga rusa yang basyik mencari makan, tanpa takut pemburu datang.
Jejak setapak itu semakin menanjak kedalam dan semakin gelap, Rocco duduk diatas kuda yang dibawa oleh Farliy, dua pengawal mengikuti mereka di belakangnya. Angin mulai kencang kearah mereka.
"Kalian harus siaga untuk hal-hal yang tidak terduga." Rene si pengawal berbicara
"Kira-kira hal apa saja yang akan terjadi di dalam Hutan?" Farliy menanggapinya sambil memegang erat tali yang menempel pada kuda.
"Terakhir kami ke sini, ada seekor macan yang mengejar." Rene berbicara membuat Rocco semakin takut.
"Kalian tidak bercandakan?" Kata Rocco.
"Tidak, semoga saja perjalanan kita lancar sampai akhir tujuan. Kira-kira lima jam lagi kita sampai di Kota tetangga. Sesudah itu, sebaiknya kita menginap saja dulu di sana." Orin menjadi pemandu bagi Rocco dan Farliy, karena mereka berdua sangat jarang pergi ke tempat lain.Â
Tiga jam berlalu, mereka sudah berada diatas bukit yang tinggi. Farliy terkesima dengan pemandangan di atas bukit itu. Namun ketika melihat Kota Malbork sangat berbeda, membuat hatinya kembali sedih. Ia sering melamun belakangan ini, memikirkan sesuatu di kepalanya.
Bukit yang mereka lewati kembali menanjak, dipinggirnya jurang yang dalam. Mereka dan kuda-kuda itu harus berhati-hati melewati jalan ini. Di depan mata Rocco jeli melihat jembatan kayu yang menyambungkan ke Kota Poznan, untungnya Farliy membaca peta dengan tepat.
"Hey, apa kita akan melewati jembatan itu?" Rocco bertanya pada kedua pengawal.
"Iya, jembatan panjang itu menyambungkan Kota kita dengan Kota lain, jembatan itu adalah perbatasan, diujungnya ada pos penjaga, namun kami sudah menyiapkan surat yang diberikan oleh Jenderal untuk meminta izin, jadi tenang saja.." Orin melanjutkan,
"Tetapi jangan senang dulu. Kita masih jauh untuk ke Poznan, harus melewati sungai, Hutan Pinus, menuruni bukit, lalu... sampai." Muka kedua sahabat itu kecewa, peristirahatan mereka masih sangat-sangat jauh, dengan mendengarnya ia merasa lelah.
"Berarti, kita mengubah rencana." Kata Farliy.
"Sebelum menyebrangi jembatan itu, kita harus beristirahat untuk sekedar makan dan minum. Lihat! Kuda kita terlihat lemas, dan mereka pasti lapar dan haus juga. Apa kalian setuju?" Kedua pengawal dan Rocco setuju dengan rencana baru, perutnya sudah berbunyi daritadi.
Farliy turun dari kudanya, Rocco mengambil kendali, sambil menuruni bukit di sisi kanan banyak tumbuhan yang bisa berguna jika diolah lagi oleh lelaki itu, bunga Honje bisa mengurangi dehidrasi, daun Sambiloto bisa menghilangkan gigitan nyamuk, dan yang terakhir bunga Rosella untuk meningkatkan kekebalan tubuh, Farliy yang cukup tahu banyak akan manfaat tumbuhan itu mengambil beberapa untuk teman-temannya. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat..
"Awas sekelompok babi hutan! Cepat kepinggir!" Rene berteriak dari belakang, babi hutan berlari dengan lurus, dan satu-satunya cara adalah menghindar ke sisi kanan, semua bergerak kearah kanan kecuali Farliy, ia sedang memetik beberapa tumbuhan, dan lelaki itu terhempas beberapa meter oleh kelompok babi yang tidak dapat berhenti. Farliy pun tergeletak di atas tanah.
"Oh tidak, oh tidak! Farliy!" Rocco berlari mendekatinya, kelompok babi mengerubunginya, prajurit dengan cepat mengeluarkan pistol suar untuk mengusir kelompok babi tersebut. akhirnya hewan itu melanjutkan larinya.
"Hey, hey! Bangun teman, oh tidak lukanya sangat parah." Rocco lalu berteriak memanggil pengawal tersebut,
"Kalian, tolong ambilkan ramuan di tas kuda itu!" Pengawal Orin turun dari kudanya dan berlari kearah mereka.
"Oh tidak, kepalanya terbentur, ia pingsan" Kata pengawal tersebut. Rocco sibuk mencari ramuan di dalam tas, pasti ada ramuan untuk pereda rasa sakit. Ia melihat banyak tabung dan akhirnya menemukan benda yang dicarinya.
"Ini kawan, minum lah..." sambil membuka mulut Farliy, tubuhnya dibawa kepinggir oleh pengawal.
"Bagaimana ini? Kita harus membawanya ke Dokter, tulang tangannya patah." Farliy masih belum sadarkan diri.
"Ramuan ini bisa menahan, biarkan dia tertidur di sini. Sambil menunggu Farliy bangun, kita istirahat dahulu. Semoga dirinya membaik." Rocco pun membawa kuda-kuda mereka yang berada di belakang. Pengawal bergantian merawat Farliy, menyiapkan obat dan handuk basah untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada sekujur tubuhnya, mereka tidak menduga hal ini akan terjadi.
Sambil membiarkan kuda memakan rerumputan, Rocco si kelinci menaruh mangkuk untuk minumnya. Buah dikeluarkan dari tas Rene, ia mengeluarkan Apel memberikannya kepada kelinci itu.
"Farliy benar-benar baik.." mendadak Rocco bercerita ke Rene dan Orin.
"Ketika aku masih kecil, Farliy menyelamatkanku. Ibuku dimangsa oleh seekor elang, lalu aku berlari untuk berlindung ke belakang semak-semak. Aku sangat takut, aku sendirian saat itu, bisa saja elang yang memangsa ibuku kembali untuk memangsa diriku."
"Tetapi seorang lelaki berambut panjang melihat kearahku, dia mungkin tahu bahwa aku sendirian. Ia menyelamatkan hidupku. Aku dibawa ke rumahnya yang saat itu sangat sederhana, dia memberikan tempat tinggal untukku, memberikan rumput segar dan air setiap hari."
"Aku berharap ada seseorang yang menyelamatkan dirinya sekarang juga." kedua tangan Rocco menyatu dan berdoa kepada Tuhan yang maha segalanya, di sisi lain, para pengawal ikut berdoa. Mereka memejamkan matanya, suara perempuan memanggil dari kejauhan.
"Apa ada masalah?" Rocco dan lainnya terkaget, terlihat kelompok gadis serba putih, telinga mereka kecil nan runcing, para gadis itu pelan-pelan mendekat.
"Apa yang terjadi dengan orang ini?" Salah satu peri itu bertanya.
"Telinga runcing.. kalian benar-benar peri?" Orin terkejut karena baru pertama kali bertemu peri secara langsung.
"Ya, kami peri lingkungan yang tinggal di Hutan ini. Kebetulan kami sedang berkeliling untuk menyuburkan tanah." lalu peri itu melanjutkan,
"Aku pemimpin para peri di sini, namaku Afina."
"Ya Tuhan terima kasih sudah mendengarkan doa kami dan membuatnya terkabul! Dia sahabatku, Farliy, barusan sekelompok babi menabrak dirinya dengan sangat kencang. Tolong bantu kami... ia tidak sadarkan diri." Rocco memegang tangan Afina, tangan itu benar benar lembut, wajahnya begitu cantik sehingga Rene dan Orin tidak dapat memalingkannya.
"Baiklah, kami akan memeriksanya. Tolong teman-teman bantu aku." Ia memanggil peri lainnya supaya mendekat pada gadis itu. Salah satu Peri menaruh tangannya di dada Farliy.
"Tulang kanannya patah, dan banyak luka di sekujur tubuhnya, namun kepalanya baik-baik saja. Ia hanya pingsan." Kemudian Afina menyentuh dahi Farliy menggunakan telunjuknya, mengucapkan mantra peri. Lima peri lainnya menaruh dedaunan di sekitarnya.
"Tolong, tutup mata kalian bertiga." Kata Afina kepada Rocco dan pengawal itu.
Cahaya kecil keluar dari tangannya, kemudian kilauan semakin lama semakin terang, cahaya itu bisa membutakan hati manusia atau hewan yang berada di sana.
"Sudah selesai, kalian boleh membuka mata." Mereka bertiga membuka mata perlahan. Sebelum melihat dengan normal, mata mereka sekejap mengalami cahaya putih yang begitu damai. Saat itulah peri-peri itu menghilang dihadapan mereka semua, pengalaman yang sangat ajaib bisa bertemu peri secara tiba-tiba.
"Terima kasih banyak peri-peri cantik!" Rene berteriak dengan kencang walaupun perinya sudah hilang.
"Wah, kalian tahu apa yang terjadi? Itu sebuah keajaiban, aku kira peri hanya sebuah legenda..." Orin dibuat kagum, ia masih melamun beberapa saat. Tidak lama, Farliy membuka matanya dan bergumam.
"Hei kalian, apa yang sedang kalian lakukan?" Ia bangun melihat teman-temannya yang tidak bergerak.
"KAU TIDAK SADAR? KAU DITABRAK BABI HUTAN, DAN TADI ADA KERUMUNAN PERI MENYELAMATKANMU!!!" Rocco mengeluarkan air mata sambil berteriak kearah Farliy.
"Ayolah jangan bercanda, aku sedang memetik bunga dan kenapa aku bisa tertidur? Peri? mana ada peri di dunia ini?" Farliy tidak mengingat kejadian terakhir yang dialaminya, efek mantra peri adalah menghilangkan memori buruk terakhir dan menyembuhkan luka tubuhnya.
"Astaga, sudah tidak perlu dibahas. Yang penting kamu kembali bangun, Farliy.." teman-temannya memeluknya.
Orin masih mencari hilangnya jejak peri tersebut, Rene membuatkan makanan untuk lelaki itu, Rocco bercerita panjang lebar saat Farliy lupa sudah ditabrak sekelompok babi, hal yang tidak mereka sadari adalah, kuda-kuda mereka tumbuh sepasang sayap kecil.
Setelah menikmati sore itu, mengenyangkan perut mereka. Farliy dan yang lainnya menaruh kembali tas bawaan ke belakang badan kuda. Lelaki itu melihat sesuatu yang tampak aneh, ia mendekat ke bagian depan, entah kenapa bulu kuda tampak lebih lebat, ia lalu mencoba meraba kuda itu, tidak disangka dirinya memegang sayap kecil.
"Rocco... coba kemari!" Farliy berteriak dan Rocco pergi mendekat.
"Kenapa?! Kau merasa sakit lagi?"
"Bukan Rocco bukan, coba pegang ini." Farliy memberikan sayap kuda itu, Rocco memegang sesuatu dibalik bulu lebat.
"Apakah ini sayap?" Rocco memeriksa lebih lama.
"KEDUA KUDA INI MEMILIKI SAYAP KECIL! Orin, Rene kemari!" kedua pengawal itu ikut meraba, mereka semua kebingungan oleh sayap yang tumbuh tiba-tiba.
"Aku tahu kenapa!" Rene melanjutkan,
"Kita lupa menutup mata binatang ini... pasti efek cahayanya membuat kuda ini mempunyai sayap"
"Apa mungkin kuda ini memiliki impian untuk terbang? Sepertinya cahaya itu mengabulkan permintaan kita, oleh karena itu peri menyuruh menutup mata, karena kita bisa saja rakus untuk meminta sesuatu?" Rocco mencoba berpikir keras selagi melihat sayap kecil yang tumbuh itu.
"Mungkin kau benar. lalu, apa sayap kecil ini bisa membawa dia terbang?" Orin bertanya.
"Kemungkinan seiring berjalannya waktu, sayap ini akan tumbuh sempurna. Apakah kalian percaya? Kita punya unicorn!" Rene terlihat senang, kuda itu mencoba mengepak-ngepakan sayapnya.
"Aku tidak mengerti yang kalian bicarakan.." Farliy melihat teman-temannya loncat bergembira.
"Kau melewatkan kejadian yang langka Farliy, Peri Afina sangat-sangat cantik! Hahahaha!" Rocco tertawa untuk mengejeknya.
Perjalanan masih panjang, hujan turun sedikit demi sedikit. Mereka berhasil melewati jembatan dan penjaga memperbolehkan semuanya masuk. Tunggangan mereka tampak lebih segar, kuda-kuda itu terlihat bahagia karena memiliki sayap. Keempatnya harus sampai di Kota Poznan tepat sebelum makan malam, dan harus mencari penginapan untuk menginap. Dengan bantuan para pengawal, kuda-kudanya berhasil melewati lumpur, tanah licin. Tetapi Hujan yang semakin deras membuat mereka tidak mungkin untuk melewati sungai.
"Bagaimana ini Farliy?" Rene dan Orin bertanya soal arus air yang bergitu kencang.
"Kita tidak bisa melewatinya sendiri, aku akan memanggil temanku." Lalu Farliy menaruh kedua tangannya di air-air itu.
"Roh air, bantu kami untuk bisa melewati sungai ini." Dan ia mengucapkan kalimat itu tiga kali. Tak lama keluar segumpalan air yang membuat wadah seperti perahu, Farliy menyuruh mereka semua untuk naik.
"Ayo naik! Hujan semakin deras." Kata Farliy. Disusul Orin, Rene, Rocco membawa kuda-kuda mereka untuk menaiki perahu buatan itu, Â perahu itu lalu melayang melewati arus kencang, dan mereka semua berpegangan satu sama lain. Sampai di sebrang sungai yang jaraknya lumayan lebar. Bantuan Roh air sangat membantu mereka. Farliy mengucapkan terima kasih kepada Roh tersebut, dan Perahu itu hilang. Mereka minum dari air sungai itu sebagai hutang budi mereka sesudah itu, melanjutkan kembali perjalanan.
"Perjalanan ini sangat-sangat berbahaya, semoga apa yang Cendikiawan soal bunga itu benar." dalam hati Farliy.
Hujan berhenti, kabut sudah mulai turun sebagai gantinya. Pohon-pohon pinus sudah terlihat dihadapan mereka. Semakin masuk kedalamnya suasana semakin mencekam, terdengar suara kicauan burung gagak. Hal ini membuat Rocco semakin cemas, mungkin ada elang di sini. Mereka berempat harus berdekatan saling menjaga satu sama lain, Rene berada di depan mereka dan Orin di belakang kuda Farliy.
"Kita membutuhkan Senter! Aku lupa membawanya..." Kedua pengawal itu mencari-carinya di tas mereka.
"Tenang saja, aku ini penyihir. Ambilkan batang kayu itu untukku" Rocco turun dari kuda itu dan mengambil beberapa batang kayu di bawahnya untuk Farliy.
"Ostikam... maronew oblispolin" mendadak batang-batang kayu itu mengeluarkan api seperti obor.
"Ini untuk kalian, apa ini tidak akan padam kecuali mantranya aku hilangkan." dua batang diberikan untuk Orin dan Rene
"Dia benar-benar penyihir..." Rene berbisik kepada Orin.
Batang-batang pinus itu sangat tinggi menjulang, dan dedaunannya tidak begitu lebat, sehingga angin sangat mudah masuk ke dalamnya. Terdengar suara beruang dari kejauhan, Rocco berpegangan erat ke pinggang Farliy sambil berdoa untuk keselamatannya, Rene dan Orin mengencangkan kudanya. Burung-burung beterbangan diatas langit, pintu keluar hutan pinus sudah terlihat...
Hari sudah malam, dari atas tempat mereka sekarang sudah terlihat lampu-lampu Desa, sudah tidak ada hal yang harus mereka takutkan lagi, tidak ada hewan buas yang akan menerjang mereka, akan tetapi perjalan menuruni bukit sungguh curam, banyak kerikil sehingga kuda-kuda begitu kesulitan menapakan kakinya ke tanah.
Akhirnya mereka semua turun bersama, berjalan menuntun kudanya. Rocco berjalan sambil memakan wortel di tangannya, mulut kelinci itu tidak bisa berhenti mengunyah dan mengeluarkan suara berisik.Â
Membuat penduduk yang hendak berburu ke Hutan melihat kearah mereka. Akhirnya mereka tiba di peristirahatan pertama.Â
Kota Elbrag sangat ramai di malam hari, orang-orang pergi membeli cemilan di pasar malam, anak-anak berlarian di taman, lampu jalan sangat terang. Sepertinya penyakit itu belum menyebar ke tempat ini, atau hanya tempat mereka saja yang terkena kesialan itu. Mereka mencari penginapan yang bagus, uang yang diberikan oleh Raja belum terpakai sama sekali.
"Sebaiknya kita mencari tempat penginapan dahulu, aku tahu kau ingin kesana Rocco" Farliy menunjuk pasar malam yang mereka lewati
"Bagaimana jika di sana? Penginapan Ra..kiwa? namanya cukup unik." Orin membawa teman-temannya memasuki penginapan itu. Seorang pemuda sedang berjaga di meja depan.
"Selamat datang di Rakiwa, apakah anda ingin pesan kamar?" pegawai tersebut menanyakan kepada Orin.
"Ya, tentu saja. Kami ingin tiga kamar terbaik yang dimiliki oleh penginapan ini" Rocco yang menjawab.
"Hei Rocco, kenapa harus tiga kamar?" Farliy dan Rene sepertinya kurang setuju. Pegawai itu memanggil anak buahnya.
"Tidak mungkin aku tidur dengan Rene." Orin menjawab.
"Tidak apa, anggap saja liburan bagi kita" Rocco dan Orin mengeluarkan senyum licik, lalu Farliy membayar tiga kamar tersebut, dan membagikan sisa kuncinya kepada dua pengawal tersebut.
"Oh iya, tolong jaga kuda kami di luar, berikan pelayanan khusus untuk tunggangan kami." Rocco menoleh ke arah kuda-kuda yang terikat di luar pintu.
"Baik, kami akan menjaga mereka dengan baik. Orang ini akan mengantar kalian ke kamar masing-masing" Pegawai tempat itu membawakan tas-tas yang sangat banyak ke kamar mereka.
Penginapan itu sangat besar, memiliki sepuluh lantai. Tempatnya bergaya jepang, pemiliknya kagum atas negeri itu dan membuat penginapannya seperti yang ada di Asia.Â
Tempat ini sangat terkenal bagi orang-orang kaya dari berbagai tempat. Tentunya pelayanan tempat ini sangat baik, makanan serta minuman yang disiapkan sangat berbeda bagi orang eropa seperti mereka. Sesudah mengganti pakaian dan menaruh beberapa tas, mereka berjalan ke ruang makan di penginapan itu.
Menu makan malam hari ini adalah Sushi segar, Sashimi, daging Yakiniku, dan Ramen, dilengkapi dengan minum, teh Ocha hangat, susu sapi segar dan kaleng soda. Rocco si kelinci tidak bisa memakan ataupun meminum itu semua, jadi sahabatnya meminta buah-buahan dan sayuran segar untuk dirinya. Tetapi Farliy, Rene dan Orin mengamati orang-orang yang sedang makan, lantas mulai mencoba makanan asing yang belum pernah mereka coba.
"Apa ini?" Rene menunjuk Sushi menggunakan sendok.
"Kau tidak tahu itu? Itu adalah kepalan nasi dan ikan mentah. Kau harus memakannya menggunakan sumpit." Rocco yang sering membaca buku mengetahui makanan khas ini
"Sumpit? Nasi? Ikan mentah? Ah aku baru melihat makanan seperti ini, begini rasanya jika kita di Asia..." Rene mencoba Sushi itu dengan ragu. Lidah yang tidak pernah mencicipi makanan ini dibuat kaget.
"Ini sangat menakjubkan! Rasa ini benar-benar baru di lidahku" Rene memakannya lagi dan lagi.
"Coba kau makan Ramen itu Farliy, mungkin kau suka." Tangan Rocco memindahkan mangkuk yang penuh dengan air.
"Ah bentuknya sangat panjang, apa ini enak?" Ia mencoba air di mangkuknya.
"Entahlah tidak ada satupun dari kita yang pernah mencoba makanan ini." Orin membolak-balikkan daging Yakiniku.
"Enakkan? Aku membaca sebuah buku, dan Ramen salah satu makanan bersejarah di Asia." Kelinci itu melihat farliy yang sedang merasa-rasa.
"Ya rasanya lumayan, di luar dingin jadi kuahnya bisa membantu untuk menghangatkan tubuh" akhirnya mereka semua menikmati makanan yang diberikan penginapan, menampung perut dengan penuh, setelah mencoba beberapa makanan yang unik ini membuat Rene dan Orin mengantuk.
"Aku akan beristirahat di kamar."
"aku sangat mengantuk." Kedua pengawal itu meninggalkan kursinya dan beranjak ke tempat masing-masing.
"Tidur yang nyenyak kalian, kita harus melanjutkan perjalanan esok hari." Farliy melambaikan tangan ke arah lelaki dan perempuan itu. Terdapat tempat pemandian air panas di kamar yang mereka tempati, kasurnya sangat luas, lukisan orang-orang terkenal digantung di dinding. Mereka semua tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan menginap di tempat yang bergaya Asia. Sebelum tertidur, semuanya berendam menikmati air panas alami dari pegunungan.
Minggu pagi hari, semua masih tertidur terkecuali Farliy yang sedang duduk di teras penginapan. Ia menikmati teh hangat sambil menghirup udara segar. Tidak ada yang perlu ditakuti di kawasan ini, bahkan penyakit itu tidak menimpa lagi, semua aktivitas berjalan normal. Lelaki berambut panjang memikirkan alasan kenapa perempuan itu tiba-tiba menurunkan penyakit yang tidak dikenal ke tempat mereka.
"Apakah masyarakat Malbork melakukan kesalahan?" Farliy melamun sejenak, dan ia teringat sesosok Peri Afina yang menolongnya.
"Afina... sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi di mana ya...? dan, aku juga tidak mengingat kejadian ditabrak oleh sekelompok babi hutan tadi." Ia membuka baju lantas memeriksa sekujur tubuh, tidak ada yang aneh, semua baik-baik saja. Rocco memberitahunya bahwa tangan ini potong, tapi Farliy bisa menggerakkannya dengan normal.
Kelinci putih itu bangun dari tidur lelapnya, ia melihat Farliy yang sedang melamun. Rocco setuju dengan Rene dan Orin, beban yang dimiliki Farliy sangat berat. Dia adalah satu-satunya harapan bagi orang-orang di Kota, entah apa yang terjadi jika tidak bisa membawa Bunga itu ke hadapan Raja.
"Kau sudah bangun, Farliy?"
"Rocco kelinciku! Ayo kita sarapan yang banyak hari ini, karena kita akan berangkat ke gunung Snezka!" sambil mengambil peta dan menunjukkan ke sahabatnya. Farliy tetap tersenyum meski tidak tahu apa yang akan dihadapinya nanti.
Setelah bersiap membereskan segalanya, mereka berdua pergi ke kamar teman-temannya, di lorong-lorong itu sebagian pekerja penginapan terlihat berlari dari arah berlawanan, entah apa yang dicari oleh orang-orang tersebut. Farliy dan Rocco melihat jendela, kuda-kuda mereka yang seharusnya ada tetapi tidak ada, lalu dari belakang teman-teman mereka memanggil.
"Farliy! Rocco! Kemari kita dalam masalah!" Orin dan Rene berlari menghampiri.
"Apa? Kenapa? Ada apa teman?" Farliy berbisik.
"Ketiga kuda kita, mereka hilang..." Rene menjawab dengan muka panik.
"Bagaimana bisa?!"
"Salah satu orang dari penginapan mendatangi kamar kami tadi pagi, mereka ingin memandikan kuda-kuda tersebut. Namun saat ingin keluar, kuda kita tidak ada." Orin risih berjalan ke sana kemari.
"Sepertinya ada yang mengambilnya, bagaimana ini? Perjalanan ke Gunung sangat jauh. Kita tidak mungkin berjalan kaki." Kelinci itu benar, perjalanan mereka tidak mungkin jika tidak menggunakan kuda. Kaki mereka tidak akan kuat dan akan lebih memakan banyak waktu.
"Haruskah aku menggunakan ramuan pencari? Cairan ini akan menunjukkan ke mana perginya suatu benda mati atau hidup yang ingin kita temukan" Farliy mengeluarkan botol kecil itu dari tasnya.
"Bagaimana jika itu digunakan langsung untuk mencari bunga itu?" Rene menunjuk botol itu menunggu jawaban Farliy.
"Tidak bisa... aku belum pernah melihatnya, ini tidak akan berhasil jika aku belum pernah melihatnya." balas Farliy.
"Ya sudah, tunggu apa lagi ayo kita cari ke mana perginya kuda itu!" Orin bersemangat kembali, Farliy akhirnya mengucapkan mantra dan meneteskan semua ramuan itu di tempat terakhir kuda mereka terlihat. Sebagian tanah itu berubah menjadi tanda panah panjang, mereka hanya punya waktu satu jam sebelum tanda panah itu hilang. Akhirnya tanpa pikir panjang mereka berlari meninggalkan penginapan, melewati restoran di samping kanan, memasuki taman Elblag. Ketiga orang itu kelelahan, hanya Rocco si kelinci yang tidak kenal lelah, maka Rocco memutuskan untuk pergi sendiri dan menyuruh ketiga temannya istirahat di Taman itu. Hingga pada akhirnya ia sampai di peternakan.
Rocco berjalan sendiri memasuki peternakan itu, ia tidak melihat orang untuk saat ini. Kandang-kandang hewan ternak diisi oleh hewan-hewan, mulai dari ayam, kambing, sapi, dan di ujung ada sebuah lapang luas, banyak kuda-kuda berlari bebas. Kemudian seorang perempuan sedang memandikan salah satu kudanya.
"Permisi.." Kata Rocco mendekati perempuan itu. Perempuan itu hanya terlihat dari belakang, memiliki rambut panjang berwarna hitam.
"Hai, ada yang bisa dibantu?" Perempuan itu membalikan badannya. Rocco melihat perempuan itu, wajahnya seperti seseorang yang ia kenal.
"Afina? Kau bisa berubah menjadi manusia?" Rocco terkejut ketika wajah perempuan yang ia lihat adalah seseorang yang menyelamatkan sahabatnya kemarin
"Kelinci putih?" Afina juga terkejut ketika seseorang menemukannya, lalu dirinya melanjutkan,
"Apa yang sedang kau lakukan di sini? Bagaimana cara kau menemukanku?"
"Aku tidak bisa percaya, kau yang mengambil kuda kami." Mata Rocco mengarah ke kuda yang sedang perempuan itu mandikan, sayapnya sudah semakin membesar.
"Aku melakukan kesalahan saat menolong temanmu." Afina melanjutkan,
"Kuda-kuda ini jadi bernasib malang, lihat sayapnya!" ia menarik sayapnya untuk menunjukkan kepada Rocco.
"Apa yang kau bicarakan? Kuda ini tidak terlihat panik atau sedih, malah ia menyukainya." Kata Rocco.
"Tidak, apa yang kau maksudkan? Bukan ini yang aku mau." Muka perempuan itu berubah.
"Tolong, jangan hilangkan sayapnya. Kami membutuhkannya untuk pergi ke Gunung Snezka.. kami tidak tahu akan berhasil atau tidak untuk sampai ke sana jika tidak ada mereka." Saat Rocco bilang begitu, Farliy, Rene, dan Orin datang sambil kelelahan.
"Kami butuh air..." Farliy memintanya ke Afina, saat itu dirinya tidak tahu bahwa perempuan itu yang menyelamatkan dirinya kemarin. Afina pergi untuk mengambil air untuk mereka semua.
"Rocco, dia peri yang kemarinkan?" Rene bertanya.
"Iya, dia lah yang mengambil kuda milik kita. Ia berniat untuk menghilangkan sayapnya."
"Kenapa? Apa karena tidak sesuai dengan peraturan peri?" Rene masih bertanya.
"Mungkin seperti itu." Rocco menjawab, Afina kembali dengan membawa gelas air lantas memberikannya.
"Terima kasih" Farliy terpesona dengan kecantikan peri itu, dan ia melanjutkan,
"Dan terima kasih sudah menyelamatkanku pada kemarin sore." Peri itu kaget karena ia bisa mengingatnya.
"Teman-temanku memberitahunya..." Afina menghela nafas.
"Sama-sama, jadi apa yang kalian cari di Gunung Snezka?" begitu kata peri cantik itu.
"Kami mencari bunga penawar untuk Kota kami. Sejak sepuluh bulan kemarin, Kota kami terkena penyakit langka. Sulit untuk dihilangkan, dia penyihir terbaik pun tidak bisa menemukan obat itu." Rocco menjelaskan sambil menyinggung sahabatnya.
"Oh iya perkenalkan, aku Farliy seorang penyihir kerajaan Malbork." Kata Farliy dengan memberatkan suaranya.
"Ah... rupanya kalian dari Kota Malbork" Mereka semua terheran-heran Afina mengetahui kejadian itu.
"Orang-orang di Kota kalian sangat jorok, tidak pernah menjaga kebersihan Kotanya, sampah ada di mana-mana, sehabis melakukan sesuatu tidak pernah mencuci tangan." Farliy ingin mengatakan sesuatu, tetapi Peri itu melanjutkan,
"Aku membaca koran, kalian juga perusak lingkungan. Pohon-pohon ditebang, sungai Nogat menjadi kotor, lalu yang terakhir, polusi udara tidak tertahankan." Mereka semua terdiam cukup lama, sampai-sampai Orin memberanikan diri bertanya.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kalian mencari bunga di Gunung Snezka?" Tanya Peri itu.
"Iya, kami diutus oleh Raja untuk mencari bunga tersebut." Rocco menjawab.
"Untuk apa? Apa gunanya bunga itu jika orang-orang di sana masih kotor dan mengabaikan alam?" Rocco tidak bisa membalas perkataan Afina.
"Apa yang terjadi selama sepuluh bulan ini? Kalian bisa melihat awan yang cerah karena polusi berkurang, sungai menjadi bersih, pohon-pohon tidak ada yang ditebang, hewan-hewan hutan kembali menikmatinya. Kalian sungguh manusia yang egois." Peri itu lalu melanjutkan memandikan kuda.
"Tolong kami peri, beri kesempatan untuk menjaga bumi ini tetap bersih. Mungkin yang kau katakan itu benar. Tetapi pengalaman ini tidak pernah kami lupakan, selanjutnya akan kami jadikan pembelajaran." Farliy melihat mata Peri itu.
"Bagaimana aku bisa percaya kepada kalian semua?"
"Bagaimana jika kami berempat yang akan bertanggung jawab atas kesalahan orang-orang di Kota kami?" Lelaki itu dengan percaya diri memberi tawaran. Afina bingung untuk menjawab tawaran itu.
"Aku melihat kalian orang-orang baik, dan tidak seperti beberapa orang di Kota itu. Aku ingin kalian menjaga satu sama lain, dan saling mengingatkan bahwa penyakit lain bisa datang jika manusia itu sendiri tidak menjaga kebersihan."
"Kalian berjanji akan merubah Kota kalian menjadi lebih baik lagi?"
"Kami berjanji." Mereka berempat menjawab serentak.
"Aku akan memberikan mantra pada kuda ini agar bisa terbang untuk menuju Gunung Snezka." Ketiga kuda itu bergantian dibacakan mantra oleh sang Peri.
"Kuda ini akan kehilangan sayapnya jika kalian sampai ke Kota kalian."
"Yang benar?! Terima kasih!" Orin memegang tangan Peri itu.
"Terima kasih, Peri. Kami tidak akan mengecewakannya."
"Aku akan mengingat wajah kalian semua. Jika tidak ada perubahan di Kota, aku tidak bisa membantu lagi." Lalu Peri itu pergi masuk ke dalam Rumah, mereka berempat menggunakan kuda yang Peri itu ambil, dan menaikinya untuk mengambil barang-barang yang tertinggal di Penginapan.
"Sebaiknya kita jangan terbang untuk menuju ke sana, akan banyak warga yang melihat." Farliy memimpin dan berjalan di depan.
Sesudah mereka mengambil barang-barang, Farliy membuka peta, Rocco menunjukkan arah mata angin untuk menuju ke Gunung tersebut. Keempatnya pergi menuju taman Kota supaya bisa mengendalikan kuda yang baru-baru ini diberi mantra terbang. Orin yang mencoba kuda itu pertama, dirinya lumayan kesulitan untuk mengendalikannya.
"Orin, coba lah kau menyatu dengan kuda itu anggap dia sebagai teman, perlakukan mereka dengan halus!" Rocco meneriakkannya dari kejauhan, Rene yang selanjutnya mencoba. Ia melakukan ancang-ancang terlebih dahulu, dan kuda itu berlari lalu terbang sambil mengepak-ngepakan sayapnya. Orin dan Rene sudah berada di atas langit. Giliran Farliy dan Rocco sekarang, mereka berdua cukup tegang dibuatnya.
"Baik kuda gagah, sekarang giliran kita." Farliy memegang talinya dengan erat, Rocco duduk di depan Farliy. Kaki kuda itu melaju dengan kencang, kedua sayapnya beradaptasi dengan cepat. Farliy bersama Rocco sudah ada di udara sekarang.
"Oke semuanya! Kita pergi menuju Gunung Snezka!" Kuda-kuda itu melesat menabrak awan-awan yang diatasnya, ketinggiannya cukup membuat mereka pingsan jika melihat ke bawah. Akan tetapi ini pengalaman yang sangat jarang, setelah kuda itu seimbang di atas langit, ketiga orang itu melihat pemandangan dunia dari atas. Rocco menutup matanya dan tidak berani untuk memandang.
"Orin, Rene... pemandangan ini sangat menakjubkan." Rambut panjang lelaki itu berterbangan.
"Wah, ini sangat indah!" Rene membalas, kedua mata Orin tidak dapat berpindah sekalipun. Dengan cepat mereka melewati sebuah Danau besar, perkampungan, Lantas mereka dihadapkan oleh sebuah Gunung besar, itu lah Gunung Snezka di mana Bunga yang mereka cari berada di puncaknya. Belum ada manusia yang bisa pergi ke puncak teratas, namun mereka berhasil.
"Inikah tempatnya?"Ujar Rocco sambil turun dari kuda itu.
"Ya, kita sudah sampai di Gunung Snezka..." Farliy membalas, bersamaan dengan kedua pengawal yang turun.
"Itu bunganya!" Orin menunjuk dari kejauhan, Bunga itu berwarna putih, kelopaknya mekar. Hanya ada setangkai dan sinar Matahari menyinarinya. Orang-orang itu mendekatinya.
"Ini lah yang kita cari... sebuah obat penawar." Lengan berbulu Rocco menyentuhnya, kemudian ia melanjutkan,
"Tetapi ini tangkai terakhir, kita tidak bisa mengambilnya begitu saja." Mereka semua terdiam, dibuat bingung oleh perkataan Rocco.
"Aku tidak ingin merusak alam lagi." Seketika Farliy bersuara.
"Yang benar saja, kita sudah jauh-jauh ke sini! Bagaimana kita menyembuhkan Kota kita, Farliy?! Ini satu-satunya harapan!" Rene dan Orin mendekat ke arah lelaki itu. Selagi lelaki itu dibuat bimbang karena perkataan Afina tadi, bahwa manusia harus menjaga Alamnya, tetapi ia juga harus menyelamatkan Kota. Farliy duduk membelakangi mereka.
"Tidak, aku tidak akan mengambil bunga terakhir itu." Ucap Penyihir Kerajaan itu. Pengawal itu marah hendak menyadarkan Farliy, akan tetapi ia melanjutkan.
"Apa kalian lupa apa yang Peri itu bilang? Kita tidak boleh merusak alam lagi, manusia sudah terlalu banyak membuat kekacauan di Bumi ini. Penyakit yang kita alami adalah balasan atas berbuatan kita sendiri, Perempuan itu mencoba menyadarkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan kebersihan." Farliy lalu pergi ke arah kuda itu dan Rocco mengikutinya dari belakang.
Kedua pengawal itu kecewa atas keputusan Farliy, tetapi apa yang ia bilang itu memang kenyataan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Akhirnya kedua pengawal itu mengikuti Farliy dan Rocco untuk pergi dari Gunung itu. Ketiga kudanya sudah berbalik dengan sayap yang bersiap untuk terbang, seketika bunga itu berbicara.
"Terima kasih atas keputusanmu..." Mereka serentak membalikan kuda-kuda mereka, bunga yang ia lihat berubah menjadi wanita dewasa yang memiliki sayap panjang di tubuhnya.
"Siapakah kau?" Farliy membalas, tetapi tanpa berpikir panjang, Orin dan Rene mengeluarkan pedangnya.
"Perkenalkan, aku adalah Dewi Nemesis." Wanita itu menanggapi.
"Dewi Nemesis? Dewi pembalasan?" Rocco yang sering membaca buku mengenal Dewi itu.
"Ya, aku yang memastikan keseimbangan yang sama antara kebahagiaan dan kesedihan, serta nasib baik dan nasib buruk manusia. Pada malam itu aku mendapatkan kabar dari Peri, bahwa Kota kalian sudah melewati batas. Melakukan hal dengan seenaknya. Karena itu aku terbang dengan cepat menuju Kota kalian, dan memberikan Penyakit itu sebagai balasan apa yang kalian lakukan." Suara Nemesis sangat merdu, orang-orang itu tidak bisa melawannya. Kemudian Dewi itu melanjutkan,
"Tetapi saat mendengar percakapan kalian barusan, aku memikirkan untuk mencabut penyakit itu dari Kota kalian. Aku sudah menemukan manusia bijaksana dari Kota Malbork, dan rupanya masih ada orang baik yang tidak memikirkan kelompoknya sendiri." Dewi Nemesis membentangkan sayapnya, meninggalkan mereka semua.
Perjalanan ini membuat para petualang itu merenung saat mereka di atas awan untuk kembali ke Kotanya. Umat manusia hidup di Bumi ini untuk menjaga alam, di mana tumbuhan dan hewan-hewan juga tinggal, bukan untuk merusaknya dengan keserakahan.
Sekembalinya Farliy, Rocco, Rene, dan Orin di Kota, mereka disambut oleh kebahagian orang-orang, sudah tidak ada lagi penyakit. Parade dan Perayaan sudah disiapkan oleh pihak Kerajaan. Kuda-kuda menjadi normal kembali saat mereka tiba di jalan untuk menuju ke Istana, keempat Pahlawan itu mengeluarkan senyuman dan lambaian tangan kepada masyarakat yang berkumpul di trotoar. Kota dibuat riuh oleh sorakan dan sukacita. Raja menunggu mereka di balkon Istana dan memberikan kesempatan untuk mereka berempat mengeluarkan pidato.
"Terima kasih rakyat Malbork. Selama sepuluh bulan Kota ini dilanda oleh penyakit aneh, yang mudah menyebar dari orang satu ke orang lainnya. Hal ini sangat merepotkan orang-orang yang beraktivitas di luar, menyebabkan hal buruk terjadi pada Kota kita tercinta, namun akhirnya Penyakit ini hilang." Tepuk tangan dari masyarakat Malbork, Farliy melanjutkan,
"Selama perjalanan ini, kami mendapatkan banyak hal yang berharga. Bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya alam itu sendiri. Jauh dalam Hutan, kami melihat pepohonan yang rimbun tanpa adanya penebangan Hutan, Hewan-hewan hidup damai di sana. Banyak peristiwa yang tidak dapat dilihat dari mata manusia saja. Walaupun kita menderita, di luar sana mereka hidup bahagia." Masyarakat hanya terdiam sambil melihat kearah mereka. Farliy maneruskan,
"Kami bertemu seseorang yang menyadarkan kami atas kejadian yang terjadi di Kota ini, sesungguhnya kita lah yang menyebabkan penyakit itu sendiri. Kita sering sekali melupakan kebersihan dan menghormati alam, bagaimana polusi udara berlangsung, Sungai yang kotor, merusak alam. Seseorang itu menitipkan pesan pada kami, agar Kota ini bisa merubah peristiwa buruk kemarin menjadi hal baik. Mulai hari ini, kita semua harus hidup bersih, melupakan kerusakan alam. Tugas kami belum selesai, kami tidak akan lupa untuk mengingatkan kalian. Sekian hal yang ingin kami sampaikan, aku tidak bisa melakukan ini sendiri tanpa teman-temanku. Tolong beri mereka tepuk tangan juga." Warga melemparkan bunga mawar ke arah mereka, pujian keluar dari orang-orang itu, mereka semua bergembira.
Selang beberapa hari Raja mengeluarkan kebijakan baru, Prajurit Kerajaan mengawasi masyarakatnya langsung ke jalan, menghukum orang-orang yang berbuat seenaknya pada Kota.Â
Merubah peralatan yang mengakibatkan polusi menjadi alat yang lebih aman. Kebersihan dan keamanan Kota menjadi perhatian pertama Kerajaan saat ini.Â
Tumbuhan di kota diperbanyak, Menangkap orang-orang yang melakukan penebangan liar dan pemburuan Hutan. Selang dua minggu, Kota ini sudah sangat berbeda.Â
Udara sangat bersih, pepohonan ada di setiap Jalan, Taman-taman baru dibuat, kemudian warga yang menjaga kotanya dengan baik. Peri-peri menyamar sebagai manusia, mereka tersenyum atas kemajuan Kota ini. Akhirnya Farliy, Rocco, Rene, dan Orin dapat tertidur dengan nyaman di kasurnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H