Mohon tunggu...
Alief Rahman
Alief Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Bahasa dan Sastra

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Awan-awan Kastil Malbork

21 September 2021   18:29 Diperbarui: 25 September 2021   10:16 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemungkinan seiring berjalannya waktu, sayap ini akan tumbuh sempurna. Apakah kalian percaya? Kita punya unicorn!" Rene terlihat senang, kuda itu mencoba mengepak-ngepakan sayapnya.

"Aku tidak mengerti yang kalian bicarakan.." Farliy melihat teman-temannya loncat bergembira.

"Kau melewatkan kejadian yang langka Farliy, Peri Afina sangat-sangat cantik! Hahahaha!" Rocco tertawa untuk mengejeknya.

Perjalanan masih panjang, hujan turun sedikit demi sedikit. Mereka berhasil melewati jembatan dan penjaga memperbolehkan semuanya masuk. Tunggangan mereka tampak lebih segar, kuda-kuda itu terlihat bahagia karena memiliki sayap. Keempatnya harus sampai di Kota Poznan tepat sebelum makan malam, dan harus mencari penginapan untuk menginap. Dengan bantuan para pengawal, kuda-kudanya berhasil melewati lumpur, tanah licin. Tetapi Hujan yang semakin deras membuat mereka tidak mungkin untuk melewati sungai.

"Bagaimana ini Farliy?" Rene dan Orin bertanya soal arus air yang bergitu kencang.

"Kita tidak bisa melewatinya sendiri, aku akan memanggil temanku." Lalu Farliy menaruh kedua tangannya di air-air itu.

"Roh air, bantu kami untuk bisa melewati sungai ini." Dan ia mengucapkan kalimat itu tiga kali. Tak lama keluar segumpalan air yang membuat wadah seperti perahu, Farliy menyuruh mereka semua untuk naik.

"Ayo naik! Hujan semakin deras." Kata Farliy. Disusul Orin, Rene, Rocco membawa kuda-kuda mereka untuk menaiki perahu buatan itu,  perahu itu lalu melayang melewati arus kencang, dan mereka semua berpegangan satu sama lain. Sampai di sebrang sungai yang jaraknya lumayan lebar. Bantuan Roh air sangat membantu mereka. Farliy mengucapkan terima kasih kepada Roh tersebut, dan Perahu itu hilang. Mereka minum dari air sungai itu sebagai hutang budi mereka sesudah itu, melanjutkan kembali perjalanan.

"Perjalanan ini sangat-sangat berbahaya, semoga apa yang Cendikiawan soal bunga itu benar." dalam hati Farliy.

Hujan berhenti, kabut sudah mulai turun sebagai gantinya. Pohon-pohon pinus sudah terlihat dihadapan mereka. Semakin masuk kedalamnya suasana semakin mencekam, terdengar suara kicauan burung gagak. Hal ini membuat Rocco semakin cemas, mungkin ada elang di sini. Mereka berempat harus berdekatan saling menjaga satu sama lain, Rene berada di depan mereka dan Orin di belakang kuda Farliy.

"Kita membutuhkan Senter! Aku lupa membawanya..." Kedua pengawal itu mencari-carinya di tas mereka.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun