"Pa, pancingannya bawa berapa?" tanya Ridwan.
"Tiga saja. Kan cuma Papa, kamu, sama Ryan," jawab Pak Haryono. Ridwan pun segera memasukkan tiga buah alat pancing ke bagasi mobil.
"Kak Ridwan, senyum dong! Jelek banget sih wajah Kakak," ucap Sisca dengan kamera ditangannya berusaha untuk memotret Ridwan.
"Kamu ganggu aja deh Sis, bantuin juga dong," gerutu Ridwan.
"Bentar aja Kak, selfie dulu sebelum berangkat," pinta Sisca. Ridwan akhirnya menuruti keinginan Sisca, sambil bergaya keduanya pun berselfie ria.
"Woy, jangan foto-foto terus. Sisca, bantuin Mama tuh bawa makan siang kita," seru Ryan.
"Ah Kak Ryan ganggu aja, sini foto dulu," ucap Sisca. Bukannya melaksanakan perintah Ryan, Sisca malah menarik Ryan ke sampingnya dan memotretnya.
Layar TV berubah menghitam karena kamera yang dimatikan, namun beberapa detik kemudian gambarnya kembali muncul dengan adegan yang berbeda.
Kamera itu tampak mengitari mobil, tak ada suara apapun hingga suasana terasa semakin sunyi. Vivie menatap layar TV tegang saat kamera itu menyorot ke dalam mobil, terlihat tubuh Pak Haryono, Bu Dewi, Ryan dan Ridwan dalam keadaan terikat, sedangkan Sisca tidak terlihat sama sekali.
Kamera itu masih mengitari mobil dan tiba-tiba "DUARRR." Vivie terkejut setengah mati saat mobil itu tiba-tiba terbakar dengan tubuh Pak Haryono dan keluarga di dalamnya. Bersamaan dengan itu layar TV menghitam menandakan durasi yang telah selesai.
Dengan tubuh gemetar Vivie mengeluarkan CD itu dari DVD, rasa takut masih menyelimutinya. Bukannya takut pada hal-hal yang berbau horor, tapi dia tak tahan melihat hal-hal yang bersifat sadis. Namun kemudian Vivie memutuskan untuk menonton CD kedua berjudul "Kutukan Misterius 92."