"Bengong dari Hong Kong, aku itu lagi pedekate," ucap Sandi.
"Hahaha pedekate sama siapa? Sama pohon?" ejek Yola.
"Kamu lihat aja, nanti aku kenalin Sonia sama kamu. Biar kamu tahu betapa cantiknya dia," ucap Sonia.
"Woy ribut melulu, kapan bantuin ngecatnya?" teriak Vivie dari kamar.
Dengan wajah yang masih kesal Sandi masuk ke kamar Vivie diikuti oleh Yola, mereka bertiga pun segera mengecat dinding kamar itu. Namun mata Vivie kembali menatap lukisan itu dengan serius.
"Kejadiannya sepuluh tahun yang lalu, tapi kenapa warnanya ga pudar? Seharusnya kalau ditinggal selama itu, seengganya warnanya akan sedikit memudar. Tapi ini seperti masih baru." Batin Vivie.
"Burung gagak yang malang.... Dengan tubuh terjerat...." Vivie menoleh ke arah Yola yang sedang mengecat sambil bernyanyi.
"Sang penyihir datang.... Dengan sebuah kapak.... Memotong sang gagak menjadi 3 bagian.... Sang penyihir pulang.... Ke gubuk yang gelap.... Bersama sang Gagak.... Hingga seribu tahun.... Dengan sebuah lagu.... Lagu pengantar tidur.... Itulah lagu.... Si gagak yang malang."
"Yola, diem dong! Nyanyi lagu apaan sih kamu?" bentak Vivie tak tahan mendengar bait lagu yang menyeramkan itu. Namun Yola malah menatap Vivie dengan heran.
"Siapa yang nyanyi? Aku dari tadi lagi ngecat," jawab Yola.
"Bukannya barusan kamu ngecat sambil nyanyi?" tanya Vivie.