"Iya, ummi." Atfilla mengucek matanya. Malam hari itu adalah hari pertamanya bangun lebih awal lagi setelah di rumah Oma beberapa lama ia bangun lebih telat karena ia hanya sendiri jika bangun dini hari.
"Atfilla tak kunci pintu kamar mandi, yah." Pinta Adinda.
Adinda masuk di hammam tepat di sebelah hammam Atfilla. Selang 15 menit, Adinda sudah selesai mandi dan berwudhu. Ia keluar hammam lalu menunggu Atfilla. Tak biasanya sahabatnya itu berlama-lama mandi. Bahkan seringnya Atfilla yang menunggui Adinda.
"Atfilla, ayo. Kita sudah telat. Teman-teman sudah keluar semua." Seru Adinda sambil mengetuk pintu hammam. Tak ada jawaban dari dalam. Hanya suara air mengalir dari kran yang terdengar.Â
Adinda mencoba mendorong pintu hammam tapi tak terbuka. Adinda mencoba untuk mengetuk dengan keras. Lagi-lagi tak ada jawaban.Â
"Atfilla...Atfilla...ayo..."
Tak ada jawaban. Kondisi itu membuat Adinda terpikir penyakit Atfilla mungkin kambuh lagi.
Bergegas ia berlari ke kamar memanggil ummi-ummi.
"Ummi Ina, Atfilla belum keluar dari hammam. Pintunya hammamnya dikunci dari dalam." Teriak  Adinda panik.
Ummi Ina dengan cepat berlari masuk ke ruang kamar mandi. Di belakangnya beberapa ummi dan santri ikut.
"Atfilla...Atfilla..." Teriak ummi Ina sambil mengetuk pintu hammam. Tak ada jawaban.