Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagi Berkabung

11 Mei 2022   13:13 Diperbarui: 8 Juni 2022   19:06 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikirannya terus terusik soal akan berpisah dengan ayah. Pisahnya tak main-main jauhnya. Padahal ia tak pernah berpisah dengan ayah bahkan saat kedua orang tuanya berpisah. Ia memilih ikut ayah meski ibu juga sangat berharap ia ikut bersamanya. 

Entah kenapa, hatinya selalu terpaut pada sang ayah. Ayah cinta matinya. Bisakah ia berpisah dengan ayah? Bagaimana nanti kalau ia berpisah? Pertanyaan-pertanyaan itu membuat pikirannya berkecamuk hingga ia tak  bisa tidur. Tadi itu adalah obrolan yang paling menyedihkan yang pernah ada dalam hidupnya. Tapi ia tak pandai mengungkapkan perasaan ketidaksetujuannya.

Namanya Atfilla Putri Azkiya. Ayah selalu bilang padanya bahwa namanya adalah doa ayah. Ayah ingin ia selalu berada di jalan Allah. Selalu menjadi putri yang suci lagi shalihah bagi ayah.

Saat masih bayi, Atfilla pernah mengalami demam tinggi, membuatnya mengalami kejang step yang merusak beberapa jaringan saraf di mata sehingga ia tak bisa melihat dengan baik. Dan juga merusak beberapa saraf di otaknya sehingga ia terkadang mengalami epilepsi sampai di usianya remaja sekarang.

Maros

Senin pagi di awal bulan Juli 2021. Atfilla diantar oleh ayah dan omanya ke Spidi. Ayah bertemu dengan pihak sekolah. Ia menjelaskan tentang kondisi Atfilla yang punya penyakit sejak kecil yang terkadang membutuhkan perhatian lebih dari pihak sekolah dibanding anak-anak lainnya.

"Tidak masalah, Pak, di sini ada ummi-ummi, semacam pembina yang menjadi pengganti ibu selama di asrama. Mereka yang akan mengurus Atfilla nanti di asrama." Jawab ibu Afna, panitia sekolah yang menyambutnya..

"Asal Atfilla punya keinginan yang kuat belajar di sini. Insya Allah, dimudahkan buat kita semua." Tambah ibu Afna.

Jawaban itu semakin memantapkan keyakinan pak Alamsyah. "Nak, di sinilah sekolah barumu." Ujarnya sambil melihat Atfilla. Atfilla hanya diam.

Mereka pun berkeliling kampus untuk melihat-lihat. Mereka jatuh cinta pada saat pertama kali melihat kampus. Suasana yang hijau, banyak pepohonan yang rindang di dalam kampus , danau buatan, gazebo ada di mana-mana, dan fasilitas kolam renang membuat mereka semua khususnya Atfilla merasa sangat senang.

Ia bertemu teman-teman barunya. Beberapa di antara mereka tersenyum padanya. Ia pun ikut membalas senyum mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun