Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagi Berkabung

11 Mei 2022   13:13 Diperbarui: 8 Juni 2022   19:06 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Alhamdulillah, enak, Yah. Kita bisa ambil nasi dan lauk pauk sendiri. Jadi sepuas kita. Seperti di rumah sendiri.."

"Alhamdulillah kalau begitu." Syukur ayah sekali lagi.

Atfilla menggebu-gebu semangatnya saat bercerita. Ia seperti ingin memuntahkan semua pengalamannya di sekolah barunya pada ayah.

"Bagaimana dengan program TILAWA, Nak?" Tanya ayah lagi. Ayah masih bersemangat untuk mendengar.

"Ini yang paling menantang bagiku, Yah. Di awal-awal beratnya bukan main. Teman-temaku juga merasa begitu, Tapi pada akhirnya kami terbiasa juga. Malah bagi saya pribadi ini adalah waktu favoritku untuk berdoa. Untuk ayah, adik, Oma dan khususnya ibu." Kali ini Atfilla tak dapat menahan air matanya lagi.

Ayah semakin memeluknya erat. Ia tahu anaknya itu rindu pada ibunya yang sudah lama tak pernah ia temui. Sejak ayah dan ibu berpisah, Atfilla hanya bertemu dua kali saja dengan ibu. Ibu seperti tak ingat padanya. Meski begitu, Atfilla tak pernah benci pada ibu. Doa-doanya sering kali ia khususkan buat ibunya.

Malam semakin larut, obrolan kedua anak bapak itu berganti hening. Keduanya tertidur di depan TV yang masih menyala. 

Pulang Ke Spidi

"Nak, ayah pulang dulu." Sahut ayah sambil memeluk dan mencium kening Atfilla. Kali ini Atfilla seperti  tak mau melepas pelukan ayah. Ia menangis tersedu-sedu. 

"Ayah, jangan pergi!"

"Tidak, Nak. Tubuh yang pergi, tapi hati ayah ada di sini." Ayah menunjuk ke dada Atfilla. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun