Mohon tunggu...
Ainaya Safira
Ainaya Safira Mohon Tunggu... Guru - Jangan takut untuk mencoba

Memang baik menjadi orang hebat, tapi lebih hebat menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Detik Terakhir

6 Februari 2020   05:35 Diperbarui: 6 Februari 2020   05:39 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya hidup, wajar saja kalau ada pihak yang pro ataupun kontra. Rasa semangat yang tingginya, dipandang orang sebelah mata. Seperti yang iri, maksudnya. Tidak apa-apa, akan ku buktikan semuanya dengan kenyataan. Mungkin tidak sekarang, tapi itu pasti.

Latihan telah selesai. Ristya segera pulang, sudah tidak ada yang harus dikerjakan lagi. Diapun segera bergegas pergi ke rumahnya.

''Plak!'' Terdengar oleh Ristya seperti orang yang sedang memukul sesuatu.

''Aduh, ada apa ini? Jangan-jangan ibuku kenapa lagi.'' Ristya segera berlari ke rumahnya.

''Dasar kamu laki-laki tidak punya harga diri! Beraninya bermain wanita, padahal kamu sendiri sudah mempunya istri dan anak. Kamu tidak berfikir? Bagaimana nasib istri dan anakmu atas perlakuan itu. Kamu sebagai tulang punggung keluarga seharusnya berfikir logis. Sudah terulang untuk kedua kalinya kamu melakukan seperti ini.'' Ucap ibu disertai tamparan keras.

''Beraninya kamu menampar kepada suami. Baik kalau seperti itu, mulai sekarang kita pisah! Tidak sanggup aku harus bersama dengan wanita seberengsek kamu!'' balas ayah lanjut pergi.

Terlihat ayah segera berkemas semua peralatan pribadinya.

''Air mata kembali jatuh dipipiku. Aku sungguh kecewa kepada ayah. Ternyata ayah yang selama ini aku anggap pria paling setia ternyata hanyalah sebuah ilusi semata. Ayah telah berkhianat terhadap janji suci yang dahulu diucap bersama dengan ibuku. Sungguh aku tidak menyangka. Dulu temanku bercerita tentang hal ini. Aku berfikir, tidak mungkin itu menimpa keluargaku. Dan ternyata, keluargaku tertimpa persis seperti itu.'' Ucap Ristya dengan derai air mata dan kondisi hati yang sedang kacau.

''Maafkan ibu ris, ini jalan terbaik untuk ibu dan ayah. Ayah telah berkhianat. Ibu kira ayah akan berubah tidak seperti dulu, dan ternyata dugaan ibu berbanding terbalik dengan kenyataan. Tak apa-apa, kita akan baik-baik saja tanpa ayah. Sudah tak usah bersedih, tugasmu hanyalah belajar dengan baik.'' Ucap ibu dengan mata merah dan wajah lusuh.

Ristya segera pergi ke kamarnya. Dan mengunci kamarnya. Ristya langsung mencurahkan semua isinya ke dalam buku kecilnya.

            ~ Dunia sedang tidak berpihak kepadaku. Ayahku berubah 360 derajat. Berubah seperti Kucing dengan Gajah. Jauh melampaui batas, rasanya. Keluarga yang romantis, berujung sangat tragis. Aku rapuh. Benar-benar rapuh. Hidupku seperti yang sedang berada diujung tombak. Aku sungguh tidak menyangka, harapanku salah satunya lebur. Perpisahan itu tidak mudah. Tapi ternyata mudah diucapkan oleh seorang ayah. Ayah tidak akan pernah menjadi saksi atas impian yang akan kucapai. Aku harus bagaimana? Tapi tidak apa-apa. Jika memang ini takdir terbaik, akan ku terima dengan senang hati. Selamat tinggal kepada ayah. Terimakasih atas suka dan duka. Selama ini, ayah selalu menjadi motivatorku. Semoga ayah bahagia dengan wanita yang diinginkan. Do'aku yang terbaik selalu untukmu. Semoga aku kuat dengan pamitnya ayah. ~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun