''Jadi gini ris, aku sebenarnya takut dan sangat enggan menceritakan ini semua. Tapi gimana lagi, aku terus kepikiran tentang hal ini semua. Aku ingin melupakan semua msalah ini namun sangat sulit. Jadi, semalam aku mendengarkan obrolan orang tuaku. Seingat aku, mereka sedang bertengkar hebat, ibuku sangat marah atas perbuatan ayahku. Ibuku telah mengetahui apa yang sebenarnya. Ayahku mempunyai wanita lain dan bermain di belakang ibuku. Sampai ibuku berkata (dasar laki-laki tidak punya harga diri). Wanita mana yang tidak kecewa? Aku sungguh marah dan kecewa. Dan anehnya, ayahku malah balik memarahi ibuku. Sampai ayahku bilang (kamu saja orang yang bodoh. Tidak pernah mau mengerti atas keinginan suaminya. Dasar wanita tidak tahu terimakasih.'' Ucap Nina disertai tetesan air mata.
''Hah? (dengan wajah penuh tanda tanya). Akupun tidak percaya akn hal itu semua. Tapi bagaimana jika memang takdirnya seperti itu. Biarlah, kamu tidak usah ikut memikirkan permasalahan itu. Itu adalah urusan mereka berdua. Tugas kamu hanyalah belajar dengan baik. Jadikan pelajaran bagi kita. Sudah kamu tidak usah memikirkan hal seperti itu. Kita sebagai anak, hanya bisa membantu dengan do'a. Sudah ya, aku yakin kamu kuat. Senyum dong, kana da aku disini hehe.'' Balas Ristya dengan wajah penuh senyuman sembari mengepalkan tangan untuk  memberi semangat.
''Siap 86! Terimakasih selalu mendengarkan semua curhatanku. Ucap Nina.
      Waktu telah berjalan kembali. Riuh bising penghuni di sekolah sungguh ramai. Disertai dengan rintikan air hujan yang tidak usai terhenti. Mungkin ini sebagai pertanda, bahwa keadaan alam semesta sedang tidak baik-baik saja. Entah itu yang menimpa Temanku, atau bahkan menimpa kepada diriku sendiri, atau bahkan akan datang musibah kepadaku. Sudahlah, tidak usah memikirkan akan hal itu. Itu hanyalah sekedar tugas hujan. Tugasku hanyalah menerimanya dengan senang hati. Aku selalu berharap kepada kenyataan. Semoga aku selalu beruntung dalam takdir. Semoga takdir tidak pernah membuatku kecewa.
*Part 5*
      Kebiasaanku tidak pernah pudar. Ini adalah hari Sabtu. Hari libur bersekolah. Dikala orang-orang sibuk mencari tujuan untuk hanya sedekar rekreasi, disini Ristya selalu meluangkan waktunya untuk latihan dayung. Begitulah dia, tak pernah surut semangat. Selalu mengedepankan apa yang memang sudah menjadi prioritasnya.
''Bu, aku berangkat dulu main ya, iya main dayung maksudnya.'' Ucap Ristya sembari berjabat tangan kepada ibunya.
''Eh kamu, ga bosen apa latihan terus? Oke deh kalau begitu, hati-hati di jalan ya.'' Balas ibu dengan penuh tanda sayang.
''Tidak bu, selama aku masih mampu untuk berlatih, kenapa tidak?''. Aku pamit ya bu. Ucap Ristya sembari menutup pintu depan rumahnya.
Demi cita-cita yang tercapai, Ristya tidak pernah menyerah. Begitu kuatnya dia terhadap harapan. Lemah? Bukan type orang seperti dia. Hidup terbiasa sudah mandiri. Maka tidak salahnya jika impian dia terus diperjuangkan meski banyak bibit bebet bobot bahkan cacian dari orang lain. Dia yakin, tuhan tidak pernah tidur. Tuhan tidak pernah mengecewakan hambanya. Maka dari itu, dengan niat yang kuat dan tekad yang tangguh, dia siap menghadang rintangan yang ada demi tercapainya sebuah impian.
Di kala latihan sedang berlangsung, dia tidak pernah terlihat lemah. Jatuh, kemudian bangkit. Jatuh, kemudian bangkit lagi. Itulah prinsipnya. Pelatihnya pun selalu memantaunya, ketika dia melakukan kesalahan, dia tidak pernah menunda untuk memperbaikinya. Maka tidak salah jika pelatihnya yakin  bahwa dia akan mewujudkan mimpinya. Karena ya seperti itu, perjuangannya tidak pernah  surut. Berbeda dengan teman-temannya. Yang kadang naik turun dalam proses pencapaian sesuatu. Lain dengannya.