Â
Dua sahabat itu berjalan beriringan. Menaiki Tangga yang terbuat dari kayu mahoni. Tidak diplamir dan tidak diplitur. Dibiarkan natural. Hanya bekas sentuhan amplas saja yang tampak nyata di mata.Â
Â
Kaki itu terus naik. Mata Aven mengedar ke mana-mana. Suasana dua tahun lalu tidak berubah. Dinding di dekat tangga juga masih perawan, belum menikah dengan lukisan ataupun ukiran. Dinding itu putih mulus. Sawang-sawang kecil terlihat sangat akrab dengan lugunya warna dinding. Semua sama, tidak berubah. Sejak dulu, pemandangan itu selalu memikat dua matanya.
Â
"Ibumu apa kurang duit?"
Â
"Maksudmu?"
Â
"Gendeng, kon. Ditanya malah ganti tanya!"
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!