Â
 Tapi Aven sadar, ia bukan malaikat. Saraf-sarafnya normal. Ia merasakan pedih. Sakit. Berdarah-darah. Lalu ia bertanya, kenapa monster itu suka sekali menggigit livernya?
Â
Ratusan detik telah berlalu. Tapi jawaban tentang pertanyaan itu tidak kunjung tiba. Aven tidak pernah menyerah. Ia tetap yakin jika suatu saat nanti akan ada orang yang bisa menangkap monster itu. Ia yakin, orang itu adalah kiriman Tuhan. Tidak seperti Kun, Lumbung, Mirna, dan masih banyak lagi.Â
Â
Hidup itu tak ubahnya teka-teki Tuhan yang tidak mudah untuk dipecahkan. Dalam perjalanan hidup, Aven harus mencari jawaban kenapa Tuhan harus menitipkan monster itu di tubuhnya. Lalu kenapa Tuhan mengambil orang tuanya cepat-cepat. Â
Â
"Siapa sebenarnya Lalang?" tanya Lumbung pelan.Â
Â
"Jangan tanya tentang ia. Aku muak dengan itu!"
Â