"Sebentar, Kak. Ibu mau bawa adek ke ruang tengah dulu. Sekalian mau obatin lukanya di sana. Kakak jangan coba-coba mendekati pecahan gelas itu, awas!" tegas Siska sambil memangku anak bungsunya yang masih menangis.
"Iya, Bu." Dirga meletakkan peralatan kebersihan yang dipegangnya. Lalu, dia pun mengekor langkah sang ibu keluar kamar.
Tidak lama kemudian, Baskara tiba selepas mengantar pesanan menggunakan motor tua yang hampir dia jual ketika masa-masa sulit melanda. Setelah memarkirkan motor tersebut, tidak lupa Baskara membersihkan diri terlebih dahulu, seperti biasa sebelum masuk rumah.
***
Malam semakin larut, kini jarum jam di dinding mengarah ke angka sebelas. Â Di kamar utama sebuah rumah terlihat di atas kasur, Siska dan Baskara berbaring dengan di tengahnya terdapat anak bungsu mereka. Lampu utama telah dimatikan dan hanya cahaya temaram lampu tidur yang menyinari ruangan bernuansa putih itu.
Siska yang belum tertidur pulas, tiba-tiba merasakan kepalanya berdenyut dan badannya mulai menggigil. Dia pun membuka mata dan melihat ke samping, terlihat suami juga anaknya yang sudah tertidur.
Sakit masih terus Siska rasakan setelah beberapa saat membuka matanya. 'kepalaku kenapa jadi makin sakit begini?' batinnya. Tangannya perlahan-lahan mengurut kepala, berharap rasa sakit itu akan berkurang.
"Ayah, bangun." Siska menepuk pelan pundak sang suami, berharap Baskara bisa bangun dan membantunya.
Setelah sekali mencoba membangunkan dengan hasil tubuh Baskara sama sekali tidak bergeming. Siska pun mengurungkan niatnya, dia menjadi tidak tega setelah melihat wajah sang suami begitu lelap karena tampak penat.
Selang beberapa detik, Siska beranjak keluar dari kamar dengan badan yang tertatih-tatih menahan tubuhnya yang kedinginan untuk mengambil butir obat pereda sakit di kotak P3K. Selepas butir obat itu diminum, tidak lupa dia mengambil baju hangat di lemari lalu memakainya sebelum kembali merebahkan tubuh lagi.
Siska masih belum bisa tertidur, rasa sakit di kepalanya semakin malam makin menjadi. Suhu tubuhnya pun tidak karuan, panas dingin bercampur menjadi satu. Wanita dengan setelan jaket tebal itu terus berdoa, mulutnya tidak henti-henti mengucapkan zikir, meminta agar rasa sakit yang dideritanya segera sirna.