"Boleh, kakak bantu kumpulin pot-pot yang berserakan saja di bawah, terus masukin ke sini," ucap Siska sembari menunjuk ke arah benda yang disebutnya.
"Jangan lupa pakai masker dan sarung tangannya," tambahnya.
Dirga pun langsung merogoh masker dan sarung tangan, lalu memakainya seraya berkata, "ini sudah kakak pakai, Bu." Tangannya disodorkan pada sang ibu untuk meyakinkan bahwa dia benar-benar sudah memakai sarung tangan, supaya tidak bersentuhan langsung dengan virus.
"Ayah di mana, Bu? Kok, nggak ada," tanyanya ketika sedang mengumpulkan pot dan setelah menyadari sang ayah tidak ada. Siska pun menjawab kalau orang yang ditanyai oleh Dirga tersebut tengah mengantarkan tanaman hias ke kampung sebelah dari sore tadi.
Ketika semua sudah rapi dan Siska akan mulai membersihkan diri, tiba-tiba terdengar suara tangis dari dalam rumah. Tangisan tersebut ternyata berasal dari Resya yang tadi Dirga tinggalkan bermain sendiri di kamarnya. Ibu dan anak sulung itu pun bergegas langsung masuk ke dalam rumah untuk memastikan apa yang terjadi.
"Ya Allah, Dek!" jerit Siska ketika baru membuka dinding pintu kamar, dia melihat anak bungsunya yang berdiri seraya menangis dan melihat pecahan gelas serta genangan air di sampingnya. Ibu dengan dua anak itu pun langsung merangkul si bungsu dan mencoba untuk menenangkannya.
"Ini kenapa bisa seperti ini si, Dek? Ya Allah." Siska begitu panik sampai membuatnya terlupa untuk membersihkan diri dan menyemprotkan cairan anti virus yang biasanya dia semprotkan pada tubuhnya setelah seharian melayani pembeli yang berdatangan ke rumah.
Beberapa menit yang lalu, Resya yang tengah asyik bermain puzzle balok sendiri tersebut merasa haus. Dia melihat ada gelas yang berisi air di atas meja belajar sang kakak, tanpa berpikir panjang balita tersebut langsung berdiri dan meraihnya.
Tangan Resya begitu mungil, membuatnya tidak kuat untuk menahan gelas berisi air sehingga gelas tersebut terjatuh dan pecah. Anak dengan setelan baju putih bermotif bunga merah muda itu pun terkejut melihat serpihan kaca berserakan, terlebih ada pecahan yang mengenai kaki kecilnya. Seketika itu, dia menjerit yang mengundang kedatangan ibu dan kakaknya.
"Kak, tolong ambilkan sapu, serokan, dan lap di dapur, ya. Biar ibu nenangin adek dulu." Dirga pun langsung mengiyakan perintah sang ibu dan mulai melangkah ke luar kamar.
Barang-barang yang dipinta sang ibu ternyata tertata rapi di dekat pintu dapur, membuat Dirga tidak harus membutuhkan waktu lama mencari. Setelah mengambilnya, dia langsung kembali ke kamar dan dengan percaya diri anak lelaki itu akan membereskan pecahan kaca yang berserakan, hanya saja justru sang ibu tidak mengizinkan karena dikhawatirkan pecahan kaca tersebut mengenai kakinya.