Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : IStock

Pengorbanan waktu yang dilakukan oleh komunitas tim penerbit buku bernama "Merdeka Literasi," telah berhasil memperlihat dan memberikan contoh akan semangat yang tak pernah pudar, hanya dalam rangka mengobar api semangat masyarakat desa untuk berlomba-lomba berkarya dalam hal literasi.

Walau telah melakoni kerjasama terhadap beberapa penulis, penerbit itu bahkan hamper tidak pernah satupun mendapatkan karya penjualan best-sellernya. Namun, kehadiran seorang Kakek Malanggi Hadiwisastro pada akhirnya mendapakan respon positif daripada Orang-orang khalayak ramai pada karya tulisnya, sehingga menjadi best-seller serta menguntungkan bagi sang penerbit itu sendiri.

Dan tepat di hari ulang-tahun yang ke-76, sang Kakek menghembuskan nafas terakhir di rumah gubuk bamboo kediamannya sendiri. Rasa sakit yang memang sudah sedemikian parah, sudah tak lagi diderita oleh kek Malang, dan meninggalkan pencapaian terhadap apa yang Ia cita-citakan. Kakek Malanggi kemudian dimakamkan oleh Hartono dan Sarjono serta warga desa setempat, pada pemakaman umum yang terletak disitu. Di Desa Sumbangsari tersebut.

"Pulanglah dengan perasaan dan batin yang tenang Kek. Jasa-jasa dan karya-karyamu, akan selalu terkenang serta dikenang oleh Kami untuk selama-lamanya." Tutur Hartono, menangis disamping makam Kakek Malanggi sesa'at setelah jenazah disemayamkan.

"Sesuai wasiat yang engkau amanahi pada Kami, yaitu uang royalty dari karya-karyamu agar dibagikan kepada warga Desa, akan Kami lakukan. Kami berjanji Kek, Kami akan menggenapi pesanmu." Sambung Sarjono, yang juga dalam keadaan sedang tersedu-sedu.

Para warga Desa yang hadir dan juga seorang Kyai setempat yang mendo'akan almarhum Kakek Malanggi, lama-kelamaan pulang meninggalkan area pemakaman menuju rumah masing-masing. Selanjutnya, komplek pemakaman Desapun setelah itu menjadi sunyi. Namun, Sarjono dan Hartono masih kerap bersedih dengan isak tangis yang menjadi-jadi disamping kubur sang Kakek.    

Selama satu bulan penuh Hartono dan Sarjono merawat Kek Malang dengan giat serta rutin, tak ada lengah barang sesa'atpun. Dan selama itu pula, keduanya telah menganggap kakek Malang adalah layaknya seorang Ayah bagi mereka sendiri. Rasa kasih-sayang itupun perlahan-lahan tumbuh antara ketiganya, dan waktu mengobati pilu yang pernah ada dalam setiap langkah mereka.

Bahkan meskipun Hartono dan Sarjono telah menghadirkan seorang Dokter terbaik dari kota demi hanya mengobati dan merawat kek Malang, takdir dari Yang Maha Agung tidak akan pernah dapat menghentikan ketetapanNya. Karena memang, takdir dan ketetapan itu sendiri adalah berasal dariNya. Kita sebagai Manusia yang diciptakan seperti-halnya Makhluk-makhluk ciptaan lainnya, semua telah memiliki ruang dan waktu tersendiri. 

Ruang dan waktu, terikat oleh suatu hukum ajal. Dan hukum ajal itu, masing-masing bergilir dan dipergilirkan masanya oleh Yang Maha Agung, sekaligus sang khalik sendiri. Barang siapa Makhluk hidup entah itu tumbuhan, hewan, tidak terkecuali Manusia itu telah tiba pada ajal, Orang lain atau bahkan Individu Manusia tersebut, tidak akan mempunyai kuasa apapun untuk menghenti atau mempercepatnya.

Itulah yang pula dialami oleh Kakek Malanggi. Walau sudah mendapatkan perawatan terbaik yang pernah Ia rasa ketika bersama Hartono dan Sarjono, sang malaikat maut telah tiba lalu menjemputnya menuju tempat terindah nan terbaik, yang selama ini selalu sabar Ia menunggu kedatangannya.

Sarjono dan Hartono, merasakan suatu kehilangan terbesar didalam hidup mereka. Hal itulah yang menjadi alasan mereka berdua mengalami duka teramat dalam. Namun, tangis duka ratapan yang keduanya rasa tersebut, manakala tidak mampu dikendalikan, niscaya dapat berdampak buruk dan menghambat tindakan perubahan yang diinginkan untuk terjadi.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun