Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : IStock

Kerjasama ini, membutuhkan waktu dan tenaga yang boleh dikatakan cukup menguras. Namun, hal itu tidaklah menjadi permasalahan kedua belah-pihak. Apapun yang terjadi, prinsip mereka, mengedukasi masyarakat untuk mencerdaskan kehidupan warga Negara dan Bangsa, adalah hal yang harus mereka lakukan. Hartono dan Sarjono, dengan fokus bahkan hingga larut malam mengerjakan tugas mereka untuk menerbitkan suatu karya.

Di sisi lain, Kakek Malanggi yang sedang sakit dirumahnya, kemudian menulis surat. Sebuah surat, yang merupakan pesan bagi siapapun yang membacanya. Surat tersebut Ia tuliskan, sesaat ketika naskah tulisan keenam-nya telah paripurna ditulis dalam bentuk tulisan tangan. Ditengah kondisi yang sedang terbatuk-batuk itu, Kakek Malanggi menulis pesan :

"Aku tak tahu, sudah berapa lama diriku berada didalam kehidupan di Dunia ini. Apakah lamanya hanya 75 tahun berdasarkan usiaku? Tidak, sesungguhnya bukanlah 75 tahun, tetapi baru kemarin rasanya Aku hidup. Dunia yang merupakan bagian dari Alam Semesta, telah berjalan cukup lama. Mereka silih berganti dipergilirkan sang pencipta, masa kekuasaannya. Namun, Aku baru mengetahui bahwa sebelum mereka dipergilirkan, mereka sebelumnya telah berhasil memperlihatkan symphoni serta harmoni kehidupan. Mereka memperlihatkan kedamaian hidup yang sesungguhnya, yang Manusia tidak mampu ciptakan didalam alam sosialnya."

"Sesungguhnya Aku telah berupaya dengan se-maksimal mungkin, untuk menciptakan suasana yang alam telah perlihatkan padaku ini. Tetapi apalah dayaku yang hanya Manusia biasa, yang tidak memiliki kuasa apapun jika tanpa kasih, berkat, rahmat, serta ridho dariNya. Aku tidak punya kuasa untuk mengatakan, apakah Aku telah sempurna didalam menjalani hidupku ini atau tidak. Satu hal yang dapat kukatakan. Aku mencintai dan menyayangi siapapun yang pernah kukenal, dan yang pernah bersamaku didalam suka dan duka hidup ini, walau banyak diantara mereka sudah pergi dan berlalu."

"Aku menyayangi mereka-mereka yang telah berlalu itu, seperti halnya tanah yang memberi hidup tumbuh-tumbuhan diatasnya. Rerumputan, benalu, semak belukar, tanaman berduri, dan tidak terkecuali tanaman-tanaman yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup. Tanah, dan air yang terkandung didalamnya, selalu dan tanpa ada kata berhenti guna menghidupkan tanaman-tanaman. Itulah cintaku, untuk siapapun yang pernah mengenal bahkan sudi bersamaku kemanapun Aku pergi lalu berada. Dan, atas dasar cinta kasihku inilah. Jika Tuhan kelak mengizinkan, semoga sisa-sisa waktuku akan menjadi bermanfaat. Menjadi bermanfaat, untuk siapapun insan yang kelak merasakannya. Sekian untuk Suratku."

Keesokan hari, apa yang kian ditunggu dan terbayang dalam mimpi, akhirnya tergenapi sudah. Yang Maha Kuasa tidak pernah ingkar janji terhadap perkataan demi perkataan yang difirmankan terhadap ciptaanNya, ialah Manusia sebagai salah satu Makhluk. Firman tersebut mengatakan, bahwa "Tuhan hanya akan merubah nasib seseorang, manakala individu Orang tersebut  memiliki tekad dan kemampuan untuk merubah nasibnya sendiri." Motivasi inilah yang juga terbayang-bayang dalam benak pikirnya. Benak pikir Kakek Malanggi, sehingga menjadi prinsip didalam membuatnya senantiasa semangat menjalani hidup.

Kakek Malanggi masih terbaring sakit diatas kasur lantai mungilnya. Disamping kanan, Ia telah menyiapkan sendiri kebutuhan Obat-obatan, air hangat, dan sepiring nasi berlaukkan Ikan tatkala lapar, lalu minum obat. Tidak ada yang mengurus, sebab Ia tidak berkeluarga dan Adik perempuan satu-satunya pun telah menikah kemudian merantau jauh. Lalu ditengah-tengah lelapnya Ia tertidur, tim penerbit Merdeka Literasi akhirnya menelepon untuk memberi kabar.

"Halo?" sapa Kakek Malanggi.

"Halo, selamat pagi. Selamat ya Pak, naskah Anda sudah berhasil Kami terbitkan. Dan untuk royalti buku yang terjual nanti, kami akan berikan kepada Bapak dengan cara Weselpos ya. Terimakasih."

"Selamat pagi kembali. Mohon maaf sebelumnya, bukan maksud Saya bersikap lancang. Tetapi jika diperkenankan, bisakah Mas Sarjono dan Hartono saja yang mengantarkan langsung kerumah Saya?"

"Baik Pak. Kalau begitu tidak masalah, jika memang rekan Kami yaitu Sarjono dan Hartono bersedia. Saya akan mencoba berbicara."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun