"Jelas, Nya," timpalnya.
.......
Di ujung jalan itu terdapat sebuah halte yang tidak terawat. Di bawah temaram penerangan lampu jalan, tampak seseorang memakai jas hujan ponco sedang duduk sambil sesekali melihat sekelilingnya.
Menjejakkan kakinya di jalan yang masih basah bekas hujan, Nadia berjalan mendekati orang itu. Kebetulan tidak ada orang lain saat itu sehingga membuatnya berkesimpulan ia adalah orang yang dicari. Dengan sigap, orang itu segera berdiri seolah menyambut kedatangan Nadia.
"Terima kasih sudah datang," sapa si pria yang sebagian wajahnya tertutup oleh saputangan.
"Bawa uangnya?" ucanya to the point.
Tanpa menjawab, Nadia menyodorkan sebuah kantong plastik pada pria itu. Dengan spontan, si pria mengulurkan sebuah map plastik dan hendak menukarnya dengan kantong milik Nadia seraya berkata, "Semua klise ada di dalam. Tidak ada foto yang dicuci kecuali yang sudah dikirim ke anda."
Di saat bersamaan, Herman mengamati apa yang sedang dilakukan Nyonya dari balik jok depan mobil. Ia bertanya-tanya untuk apa Nyonya menemui orang itu di tempat sepi di malam seperti itu.
Masih dalam kebingungannya, sesaat pandangan matanya tertuju pada sesuatu di bawah jok pengemudi. Dalam keremangan, benda itu seakan berubah menjadi sesuatu yang menakutkan baginya. Sontak rasa takut menguasai dirinya dan membuatnya lupa seketika akan pesan Nyonya.
"Ular!!!" teriaknya sambil menghambur keluar dari mobil.
Herman tidak tahu jika benda itu sebenarnya hanyalah mainan milik Radit yang biasa dimainkan saat dalam perjalanan pulang pergi sekolah dan ditaruh di mobil selama ini.