Hari-hari berlalu. Apa yang ia tunggu belum juga muncul. Hingga suatu hari, penantiannya membuahkan hasil. Di waktu dan rute yang persis sama, mobil sedan putih itu melintas lagi dalam kondisi jalan yang cukup ramai. Di dalamnya kembali terlihat Nyonya dan selingkuhannya berdua-duaan.
Dengan cekatan, Bang Udin langsung naik dan memacu motor bebek jadulnya. Dengan sangat hati-hati dan penuh konsentrasi, ia membuntuti mobil sedan itu. Ia berusaha mempertahankan jaraknya agar tidak ketinggalan dan kehilangan jejak. Ia hanya berharap mobil itu tidak masuk tol. Sekali saja masuk tol, gagal sudah rencananya.
Selang berapa menit, mobil itu berbelok ke sebuah mal. Melihat hal itu, hatinya lega. Pengintaiannya berjalan dengan baik hingga sejauh itu. Ia pun buru-buru memarkir motornya dan terlihat mengambil sesuatu dari dalam bagasi motor. Sebuah tustel yang sudah dipersiapkannya, dimasukkan ke dalam saku jaketnya.
Bergegas ke area parkir mobil di mal tersebut, ia tidak mendapati target yang dicari. Mencoba tetap tenang, insting menuntunnya untuk berjalan menuju pintu masuk mal. Bak elang yang sedang mengintai mangsanya, ia mengamati keadaaan sekitarnya dengan saksama dan cermat. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, target berhasil terlihat. Perasaannya kembali lega. Penguntitan kembali ia lanjutkan.
Bagai sepasang kekasih, keduanya terlihat mesra berjalan sambil bergandengan tangan. Dengan langkah hati-hati, ia menguntit erat keduanya sampai ke tujuan yang mereka kehendaki. Tak mau ambil risiko dan dicurigai, ia benar-benar harus sabar menunggu saat yang tepat untuk memfoto mereka.
Menyadari tustel yang dipakainya memiliki keterbatasan dalam hal jarak, ia harus memastikan agar obyek foto berada dalam jarak ideal dan keadaan statis. Dengan begitu hasil foto yang diperoleh akan jelas dan tajam.
Kesempatan itu tiba saat keduanya sampai di food court. Namun bukan perkara mudah mengambil foto pada jarak yang agak dekat tanpa menimbulkan kecurigaan. Semua harus dilakukan dengan cepat dan singkat. Selain itu, ia harus memastikan setiap jepretan foto yang diambil bisa bagus hasilnya sebab satu roll film hanya berisi 36 frame saja.
Selesai makan, keduanya kembali dikuntit dan beberapa kali difoto saat sedang melihat dan membeli barang. Hingga kembali ke mobil, keduanya sama sekali tidak menyadari telah dilakukan penguntitan dan pengambilan foto selama mereka berada di mal itu. Setelah melewati rentetan momen yang mendebarkan, Bang Udin menghela napasnya dalam-dalam seraya berkata, "Gak nyangke aye. Selesai juge nih perburuan."
.......
Sebuah taksi yang sudah dipesan, datang dan berhenti di depan tempat Herman berdiri sambil melambaikan tangan. Ia lalu bergegas masuk mengambil sebuah koper yang sudah dipersiapkan di teras depan. Tuan Mukti kemudian keluar dari rumah menuju taksi.
Sambil membukakan pintu taksi, Herman berkata, "Selamat jalan, Tuan."