Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sengkarut (2/2)

2 Oktober 2022   10:01 Diperbarui: 2 Oktober 2022   10:10 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tentu saja. Saya ingatkan pada anda. Ini bukan gertakan. Anda harus berpikir ulang jika ingin mengabaikan permintaan ini. Hanya kerugian yang akan anda rasakan. Anda tentu tidak ingin nama baik suami anda rusak akibat ulah anda dan keluarga anda berantakan karena masalah ini. Ingat jangan libatkan siapapun! Jangan coba-coba melapor dan mencari bantuan! Mengerti!" ancamnya.

"Mengerti," tukasnya.

"Baik. Jika tidak ada lagi pertanyaan, saya ucapkan terima kasih. Sampai jumpa nanti malam," pungkasnya.

.....

Herman masih merasa heran dengan gerak-gerik Nyonya hari itu. Saat menyetir mobil sedan putih Jumat malam itu, pikirannya menerawang kemana-mana. Tanpa disangka, siang itu ia disatroni satpam perumahan tempat keluarga Mukti tinggal. Ia diminta datang ke rumah oleh Nyonya sementara paginya baru saja Tuan membolehkannya pulang. Ia bertanya-tanya ada apa gerangan sehingga ia mendadak dipanggil Nyonya.

Saat datang, ia langsung disodori selembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Nyonya langsung bertanya dan memintanya untuk diantar ke alamat itu. Sebagai seorang suruhan, mustahil baginya balik bertanya tentang keperluan sang majikan karena jelas itu bukan urusannya. Tugasnya hanya mengantar saja tanpa harus tahu apa yang akan diperbuat Nyonya.

Di jok belakang, Nadia tampak termenung dan murung. Sesaat setelah telepon itu diakhiri, ia menyadari tak mungkin baginya menolak kemauan si pelaku pemerasan. Baginya uang tebusan yang diminta itu tidak seberapa tapi hubungannya dengan Aldo jauh lebih ia khawatirkan. Namun ia harus mengesampingkan dulu masalahnya dengan Aldo sementara waktu dan segera menyelesaikan urusannya dengan si pemeras.

Menyetir di jalanan yang padat merayap oleh kendaraan orang-orang yang pulang kerja, Herman tampak memperhatikan kembali alamat di kertas itu. Beberapa saat kemudian, mobil melaju di jalan yang lebih lengang dan sepi. Seakan memberi tanda hampir sampai ke tempat tujuan, ia memperlambat laju mobil.

"Apa kita sudah dekat?" tanyanya.

"Tinggal satu belokan lagi, Nya," ujarnya.

Mobil lalu berhenti. Di bawah rintik hujan yang masih menetes, keduanya keluar dari mobil dan berganti posisi. Sesaat sebelum mengemudikan mobil, Nadia berpesan, "Man, ingat! Kamu tetap di dalam mobil sampai urusan saya selesai dan kembali ke mobil. Jelas!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun