"Kamu boleh pulang abis ini," balasnya.
Herman sengaja tidak disuruh mengantar tuannya ke bandara Jumat pagi itu. Seperti yang dijadwalkan, Tuan Mukti akan terbang ke Bali untuk mengikuti Musyawarah Nasional yang diadakan partai politik yang ia ikuti selama dua hari. Sebagai caleg dari parpol tersebut, ia hadir dalam rangka pembekalan dan konsolidasi menjelang pemilu pertama di era reformasi.
Saat hendak pulang, Herman pamit ke Mpok Mineh yang masih mengerjakan tugasnya.
"Lu pulang sekarang, Man?" tanyanya.
"Iye, Mpok. Tadi Tuan bilang gitu ," jawabnya.
"Ade yang mau aye sampein tapi kagak enak bilangnye," katanya.
"Ceritein aje, Mpok. Gak useh malu-malu. Kite kan udeh kayak keluarge sendiri," sahutnya.
Mpok Mineh lalu menuturkan masalah keuangan yang sedang dialami keluarganya dan sangat berharap Herman bisa membantu. Merasa berutang budi pada Mpok Mineh dan bersimpati pada nasib Bang Udin yang terkena PHK, Herman tergerak hatinya untuk membantu. Menanggapi niat baik Herman itu, Mpok Mineh sangat berterima kasih dan akan selalu ingat kebaikannya padanya.
......
Sejak beberapa hari belakangan, Nadia tampak risau. Menerima sebuah amplop berisi empat lembar foto dirinya dengan Aldo, ia merasa shock berat. Sungguh tak percaya ada orang lain yang tahu hubungan rahasianya dengan Aldo. Ia jadi sangat khawatir jika hal itu sampai diketahui suaminya.
Di malam sebelumnya, sang suami pamit padanya karena hendak pergi ke Bali. Nadia tak terlalu ambil pusing dengan urusan suaminya itu selama ia bisa terus happy. Namun kiriman foto itu telah merusak ritme hidup yang ia nikmati selama ini. Fakta itu benar-benar membuatnya ketar-ketir. Ia bertanya-tanya siapa gerangan orang yang berani melakukan tindakan semacam itu padanya.