Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sengkarut (2/2)

2 Oktober 2022   10:01 Diperbarui: 2 Oktober 2022   10:10 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat dibesuk Mpok Mineh di penjara, Bang Udin meratap pilu, "Maafin aye, Min! Aye nyesel banget udeh ngelakuin semue. Aye cume ingin memenuhi keperluan anak-anak kite. Gak ade maksud mau nyelakain Nyonye. Tapi Herman tibe-tibe muncul dan bikin aye panik. Waktu aye mau kabur, entah gimane Nyonye gak sengaje kepeleset dan kebentur kepalenye. Aye langsung nyuruh Herman bawa Nyonye ke rumah sakit. Aye juge bilang ke Herman supaye jangan cerite tentang kejadian itu."

Mendengar pengakuan sang suami, Mpok Mineh tertegun dan teringat suatu kali Bang Udin pernah bertanya padanya tentang si pegawai asuransi. Ia baru tersadar jika saat itu suaminya sedang merencanakan sesuatu pada Nyonya. Meski ia sangat menyesalkan aksi nekat yang berujung tragis itu, semua sudah tidak ada gunanya lagi. Ia hanya bisa pasrah menatap jalan nan curam dan terjal yang ada di hadapannya.

Kini proses hukum menanti Bang Udin. Ia didakwa dengan tuduhan pemerasan dan kekerasan dengan barang bukti berupa klise rol film yang ditemukan di rumahnya saat penggeledahan. Sulit baginya untuk mengelak dari fakta yang ada. Betapapun menyesalnya, ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

.......

Di tempat terpisah, Aldo begitu terkejut saat mendengar kabar perihal Nadia. Dengan segera ia datang berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguknya. Sayangnya keinginannya itu tidak terwujud. Ia tidak diperkenankan masuk ke ruangan dimana Nadia berada dengan alasan pasien masih dalam perawatan intensif. Memahami hal tersebut, dengan berat hati ia segera melangkah pergi.

Dalam langkahnya, ia menyadari jika dirinya hanyalah selingan bagi Nadia yang sedang galau rumah tangganya. Sebagai seorang pragmatis, ia melihat kesempatan besar dan tidak menyia-nyiakannya. Ketika Nadia tidak menginginkannya lagi, ia pun harus merelakannya. Saatnya melanjutkan kembali hidupnya seperti semula.

Saat bayang-bayang Nadia terlintas di benaknya, hati kecilnya berkata, "Thanks for everything. I'm gonna miss you so much. Hope we'll meet again soon."

.......

Di ujung telepon, seorang pria sedang bicara. "Selamat, Pak Mukti! Anda berhasil melenggang ke Senayan. Sesuai perjanjian awal, kami mohon Bapak datang kembali ke tempat waktu itu membawa sisa fee yang sudah disepakati besok jam delapan malam. Bisa ya, Pak?" pintanya.

"Terima kasih sebelumnya saya ucapkan. Saya sangat menghargai bantuan anda dalam hal ini. Jangan khawatir! Saya akan penuhi apa yang sudah kita sepakati. Sampai jumpa besok," ujarnya.

Tuan Mukti duduk termenung di taman belakang rumah barunya yang belum sebulan ditempati. Berusaha melupakan kenangan buruk yang menimpa istrinya, ia memutuskan pindah rumah. Bak air dan api, urusan pekerjaan dan rumah tangganya membawanya pada suasana suka dan duka di waktu yang bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun