Siang yang dinantikan itu tiba. Nadia tampak ceria karena sudah membuat janji dengan Aldo untuk bertemu kembali. Ia berencana mengajak Aldo hangout ke cafe saat jam istirahat kantor. Dengan suka cita, Aldo menerima ajakan itu. Itu akan menjadi pertemuan kembali keduanya setelah sebelumnya hanya saling bertegur sapa di telepon.
Keduanya lalu bertemu di tempat yang sudah ditentukan. Nadia sengaja parkir tidak jauh dari kantor Aldo agar mudah bagi Aldo mencarinya.
"Hello, Say!" sapa Aldo saat masuk ke mobil.
"Hi, Honey!" balas Nadia dengan penuh kehangatan.
"Ready to go?" sambungnya.
"With pleasure. Thanks for inviting me," jawabnya.
"No problem, Dear. Glad to see you again," ucapnya.
Saat bersamaan, Bang Udin terlihat sedang mangkal di sebuah halte dengan tampang murung. Sudah sebulan berlalu sejak sang istri menyampaikan perihal dana yang diperlukan kedua anaknya. Namun ia belum juga mampu memenuhinya. Ia juga tidak tahu apa solusinya selain berharap dari ngojek yang hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan sahari-hari.
Kepada istrinya, ia minta ditalangi dulu jika masih menyimpan uang. Tak tega melihat Sani yang terancam tidak bisa ikut ujian praktikum dan akhir sekolah, Mpok Mineh menalangi dulu dengan uang dari hasil kerjanya pada keluarga Mukti. Tinggal study tour Dini lagi yang belum jelas nasibnya. Sementara waktunya tinggal satu bulan lagi sebelum pelaksanaan.
"Dari mane duit buat tu bocah-bocah? Hasil dari ngojek gak seberape. Cume cukup buat sehari-hari doang. Masih untung Mineh udeh mau nombokin buat si Sani. Tinggal si Dini lagi nih. Aye harus bilang ape lagi ke Mineh. Pusing mikirinnye," gumamnya.
Di saat genting itu, suatu yang tidak terduga terjadi. Bak dejavu, kejadian itu terulang kembali. Kondisinya persis seperti waktu itu. Di tengah lalu lintas yang padat merayap, mobil sedan putih itu berjalan tersendat-sendat di antara banyak kendaraan. Di dalamnya seorang wanita bersama seorang pria seperti sedang asyik bercengkerama.