Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ranti (1/2)

18 Juni 2022   10:01 Diperbarui: 18 Juni 2022   10:12 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf," jawabnya terperanjat menoleh ke pria itu.

"Saya Ranti, Pak. Yang mau bekerja disini," ungkapnya.

"Oh ya. Silahkan, masuk!" jawabnya dengan wajah dingin.

"Terima kasih," balasnya lalu masuk ke rumah.

Berbagai keanehan seketika ia rasakan saat di dalam rumah. Seperti suasana gelap yang disebabkan seluruh gorden yang ditutup rapat. Udara yang terasa pengab dan sesekali tercium aroma asap dupa. Selain itu, seluruh perabotan dan pajangan tampak berdebu termasuk sofa yang ia duduki. Semua keanehan itu membuatnya bertanya-tanya kemana gerangan si penghuni rumah.

Dalam sepi dan sendiri, lima menit yang berlalu itu terasa seperti lima jam. Sementara orang yang ia harapkan untuk bertemu, belum juga muncul. Teringat pada pria misterius yang ditemui tadi, ia segera bangkit dan keluar menuju teras.

"Siapa dia? Kenapa ia raib? Kemana gerangan perginya?" gumamnya.

Dalam kegalauannya, ia terperanjat oleh bunyi HP-nya. Sebuah SMS masuk dari si  pemberi tawaran kerja. Di SMS pertamanya, ia memperkenalkan diri sebagai Ibu Hilda.

"Terima kasih sudah datang. Maaf telah menunggu. Saya sangat menghargai kesediaan anda untuk melakukan pekerjaan ini. Hari ini anda tidak perlu kerja dulu. Besok saja mulainya. Ada yang ingin ditanyakan?" katanya.

"Maaf, saya pikir saya akan bertemu Ibu disini," tanyanya.

"Saya ada di luar kota. Itu rumah Mama saya. Di rumah itu semua sudah ada yang mengurus. Sekarang jadi bertambah dengan kamu," jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun