Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ranti (1/2)

18 Juni 2022   10:01 Diperbarui: 18 Juni 2022   10:12 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat pagi! Hari ini honor paruh bulan anda akan ditransfer. Pastikan rekening anda valid dan aktif. Semoga tetap semangat bekerja dan betah!" katanya.

"Terima kasih, Bu," jawabnya dengan suka ria.

"Untuk tugas hari ini, membersihkan lantai atas. Semua ruangan dibersihkan kecuali kamar yang terletak di pojok dan terpisah sendiri. Ingat baik-baik! Jangan pernah masuk kamar itu! Paham!" ucapnya seperti mengancam.

"Baik, Bu," jawabnya sedikit kaget dengan nada bicara Bu Hilda yang terkesan galak itu.  

Meski sudah setengah bulan bekerja di rumah itu, ia belum pernah menyambangi lantai atas. Selama ini tidak ada keperluannya untuk hal tersebut. Itu sebabnya ia belum pernah naik kesana.

Aroma asap dupa yang tidak diketahui asalnya, tiba-tiba terendus kembali saat ia hendak mengambil alat-alat kebersihan. Dari beberapa kali kejadian, aroma itu bisa hilang dalam sekejap atau muncul kembali di hari lain. Karena sibuk dengan tugasnya, ia tak terlalu ambil pusing akan hal itu. Ia hanya peduli dengan pekerjaannya.

Terdengar suara berdecit saat kakinya menapaki satu per satu anak tanggga kayu berbentuk letter u itu. Kondisi lantai atas yang baru pertama kali ia sambangi itu, mirip saat pertama kali ia disuruh untuk membersihkan ruang tamu. Seluruh perabotannya tertutup debu dan kotoran. Tanpa banyak mikir, ia langsung mengerjakan tugasnya.

Mendadak pandangannya tertuju pada kamar yang berada di pojok. Dengan refleks ia berjalan mendekat dan dikejutkan oleh sesuatu. Semakin dekat ke kamar itu, semakin jelas suara itu terdengar. Dari dalam kamar itu terdengar sayup-sayup seperti suara tv.

"Kenapa ada seperti suara tv? Adakah orang di dalamnya? Kenapa Bu Hilda melarang masuk ke kamar itu? Entahlah itu bukan urusanku," gumamnya lalu kembali bekerja.

Tak lama berselang, dari luar rumah terdengar bunyi tidak biasa. "Ctek, ctek, ctek!" Bunyi itu berulang-ulang diselingi sesekali suara orang batuk. Dengan spontan ia turun dan menuju ke depan rumah untuk mencari tahu sumber bunyi tersebut.

Tampak seorang pria sedang menggunting rumput di halaman depan. Dan yang mengejutkan pria itu tidak lain adalah orang yang ia temui saat datang pertama kali ke rumah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun