"Maaf, saya tidak melihat siapapun kecuali seorang pria yang tadi saya temui saat datang. Tapi sekarang ia sudah tidak terlihat lagi," ujarnya.
"Besok akan saya jelaskan kembali. Apakah anda tetap pada komitmen awal? Karena jika tidak, saya akan cari orang lain sebagai pengganti," ungkapnya terkesan mengelak dan menggertak.
"Saya masih komit," ucapnya ragu.
"Baiklah. Oh iya. Mengenai honor, separuhnya akan ditransfer setiap pertengahan bulan. Sisanya di akhir bulan. Silahkan, anda boleh pulang sekarang," perintahnya.
"Baik, terima kasih," pungkasnya menutup obrolan via SMS itu.
.........
Bertempat di sebuah kosan putri, seorang laki-laki tampak sedang duduk menanti seseorang di penghujung sore itu. Ranti yang sudah dikabari kedatangannya, bergegas keluar dari kamarnya di lantai atas menuruni tangga untuk menyambut tamunya. Di guest lounge itu, keduanya bertemu dan bercengkerama.
Bagas sudah seperti kakak sendiri bagi Ranti. Selain berasal dari daerah yang sama, keduanya sudah saling kenal sejak SMA karena dari satu sekolah yang sama. Meski sempat berpisah dua tahun, hubungan keduanya menjadi dekat dan akrab saat Ranti merantau ke Jakarta. Ia mengikuti jejak Bagas dengan kuliah di universitas yang sama tapi beda fakultas.
Banyak hal yang Bagas perbuat untuk Ranti saat awal ia berada di Jakarta. Menemaninya mendaftar ke kampus, mencarikan kosan, mencari berbagai keperluan kuliah atau sehari-hari adalah beberapa contoh diantaranya. Karena itulah, Ranti merasa berutang budi dan menaruh hormat padanya. Bagas yang kini bekerja di sebuah bank, sesekali mampir ke tempat Ranti seperti yang dilakukannya di sore itu.
"Gimana skripsimu, Ran?" tanyanya.
"Masih pengolahan data, Mas.. Doain aja bisa sidang secepatnya," jawabnya.