Baru saja Gie ingin menambahkan hantaman dua tangan pada punggung Si Botak Plontos untuk mengakhiri pertarungan, ketika dia merasa ada yang memitingnya dari belakang.
Ternyata Si Gondrong! Dan bersamaan dengan itu, Si Botak Plontos telah berhasil bangkit dan menggoyang-goyangkan kepalanya mengusir nyeri, untuk kemudian menghujani Gie dengan pukulan serta tendangan tanpa Gie mampu melawan.
Gie mengeraskan rahangnya kuat-kuat demi menahan sakit. Tapi pukulan dan tendangan Si Botak Plontos yang bertubi-tubi membuat kesadarannya membuyar.
Digigitnya bibir kuat-kuat hingga kembali mengucurkan darah. Dikumpulkannya tenaga di ujung kaki, untuk kemudian ia genjot selangkangan Si Gondrong dengan ujung tumit sekuat tenaga.
Pitingan terlepas, bersamaan dengan tubuh Gie yang terjerembab ke lantai. Tapi ia masih sempat melihat Jono Novanto mengacungkan laras pistol ke arah Plenyun, siap untuk menekan picunya.
Sekuat tenaga dia bangkit dan menghadang arah laras pistol demi melindungi teman-temannya, dan berteriak sekuat tenaga.
“LARI, NYUN…! TINGGALKAN TEMPAT BIADAB INI, WAAANNN…!!!”
Picu ditekan.
DUARRR!!!
Ledakan besar mengguncang ruangan, membuat Gie terlempar cukup jauh dan terbanting dengan amat keras. Pandangan Gie agak buram.
Pistol apa ini? Mengapa ledakannya begitu dahsyat menyerupai granat? Gie bertanya-tanya sendiri, sebelum sebuah ledakan yang setara kembali mengguncang dan menghancurkan beberapa bagian ruangan.