Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Ad Infinitum: Belajar Mati Mengenaskan Ala Bung Karno

28 November 2015   20:13 Diperbarui: 28 November 2015   20:27 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rhein menjerit tertahan.

“Dia memang Jono, Rhein… Jono Novanto! Bocah ningrat hipokrit yang selalu merecokimu sejak masa kuliah dulu.” jelas Gie. “Dan ayahnya yang super kaya itu, tak lain dan tak bukan adalah sosok yang kini ramai disebut orang dengan julukan ‘papa minta saham’ itu?”

Belum lagi genap pikiran Rhein, ketika dokter gadungan yang mengaku bernama Jalal atau James itu bertepuk tangan.

“Bravo! Tak kusangka penyamaranku akhirnya berhasil juga kau bongkar, Gie!” seru Jono Novanto, sambil melotot ke arah Ran dan mengucap, “Kau ular berkepala dua!” untuk kemudian mundur beberapa tindak ke arah tembok.

Tapi tepuk tangan Jono Novanto ternyata bukan sekedar menanggapi keberhasilan Gie menebaknya, karena tak berapa lama kemudian, beberapa suster berlarian masuk melalui pintu yang terdobrak, membuat suasana berubah tegang saat rombongan suster yang agak janggal itu memecah dua mengurung Gie dan Ran.

“Mereka suster gadungan, Gie” bisik Rhein, yang tampak amat fokus dan penuh semangat. Agaknya pengaruh amphetamine telah mencapai efek yang paling maksimal.

“Awas! Jono hendak kabur, Ran!” teriak Gie mengingatkan, karena dilihatnya tembok di belakang tubuh Jono Novanto agak bergoyang membentuk siluet sebuah pintu.

Tapi terlambat, karena tembok tempat Jono Novanto bersandar tiba-tiba memutar, menelan tubuh Jono Novanto lalu menggantinya dengan serombongan baru perawat pria bertubuh kekar, yang langsung menyerang.

Karena agak lengah, Ran tersuruk ke samping ditinju seorang perawat. Tapi sambil terjatuh dia masih sempat memberi tendangan balasan ke perawat tersebut, yang sontak menungging sambil memegangi perutnya. Sementara itu Nina bertarung tak kalah sengitnya menghadapi tiga suster sekaligus.

Masih dalam keadaan merangkul Rhein, Gie memberi sebuah upper cut ke arah suster di depannya hingga sang suster jatuh terlentang dengan dagu agak mengejang, lalu Gie menarik Rhein menuju pintu keluar.

“Mundur, Ran! Na! Fokus kita adalah Rhein!” teriak Gie sambil menjambak kerah belakang perawat yang mengeroyok Ran dan Nina, hingga akhirnya mereka berhasil menjadi satu kelompok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun