“Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang harus kita lakukan terlebih dahulu, Rhein.”
“Aku milikmu sejak dulu, Gie, bahkan jika saat ini kau meminta, aku tak akan menolaknya…” Rhein memejamkan kedua matanya, dengan bibir basah yang setengah membuka.
“Rhein…”
“Mmmh…”
“Bagaimana jika kita panggil Plenyun saat ini juga menjadi wali hakimmu, dan meminta Kepala Lembah beserta pengurus lainnya untuk menikahkan kita?”
Rhein terlongo sekejap, sebelum akhirnya kembali menatap Gie dengan kagum dan cinta yang kian bertambah-tambah. Bergandengan tangan mereka menuruni tebing. Menuju lembah, yang entah lembah perjuangan ataukah hanya lembah cinta saja.
“Kita langsung ke rumah Nina, Rhein.”
“Mengapa harus ke sana, Gie?”
“Karena kita akan menikah.”
“Tapi apa hubungannya dengan Nina?”
“Lho? Kamu belum tahu kalo suami Nina yang menjadi Kepala Lembah ini?”