Dengan memahami bagaimana perbedaan kepribadian, latar belakang, dan nilai-nilai bisa memicu konflik, kita dapat lebih siap untuk mengenali tanda-tanda awal konflik dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegahnya atau menyelesaikannya.
2. Rezeki Kuasa
Perbedaan hierarki dalam organisasi, di mana terdapat struktur kekuasaan dan otoritas yang jelas, dapat memicu perilaku dominan dan penyalahgunaan kekuasaan jika tidak dikelola dengan baik. Dalam organisasi, setiap individu memiliki tingkat tanggung jawab dan kekuasaan yang berbeda, mulai dari staf hingga manajemen senior. Ketika orang-orang di posisi kekuasaan tidak menggunakan otoritas mereka secara etis, mereka dapat memperlihatkan perilaku dominan yang merugikan dan menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau untuk menekan orang lain. Berikut adalah beberapa cara di mana perbedaan hierarki dalam organisasi dapat memicu perilaku dominan dan penyalahgunaan kekuasaan:
a. Penyalahgunaan Kekuasaan untuk Kepentingan Pribadi
Ketika seseorang memiliki kekuasaan dalam organisasi, mereka memiliki kendali atas sumber daya, keputusan, atau bahkan karier orang lain. Hal ini dapat menggoda individu di posisi tinggi untuk menggunakan kekuasaan tersebut demi keuntungan pribadi, seperti mendapatkan lebih banyak penghargaan, promosi yang tidak adil, atau fasilitas tambahan yang seharusnya diberikan berdasarkan prestasi. Contoh: Seorang manajer yang menyalahgunakan kekuasaannya dengan memberikan peluang karier hanya kepada karyawan yang tunduk kepada mereka atau melakukan pekerjaan pribadi di luar tugas resmi.
b. Perilaku Dominan Terhadap Bawahan
Perbedaan hierarki sering kali menyebabkan perilaku dominan dari individu di posisi kekuasaan terhadap bawahan mereka. Hal ini dapat tercermin dalam cara manajer memberikan instruksi, menekan karyawan untuk memenuhi target yang tidak realistis, atau memaksakan pendapat mereka tanpa memberi kesempatan bagi bawahan untuk memberikan masukan. Contoh: Seorang pemimpin tim yang selalu memaksakan keputusannya tanpa mempertimbangkan ide-ide dari anggota tim, yang menyebabkan karyawan merasa tidak dihargai atau takut untuk berbicara.
c. Manipulasi dan Ancaman Terselubung
Dalam beberapa kasus, individu di posisi kekuasaan mungkin menggunakan ancaman terselubung untuk mengendalikan bawahannya. Mereka dapat memanfaatkan ketakutan bawahan akan kehilangan pekerjaan, kesempatan promosi, atau evaluasi kinerja yang buruk untuk menekan mereka agar mematuhi perintah, bahkan jika perintah tersebut tidak adil atau tidak etis. Contoh: Seorang supervisor yang mengatakan kepada seorang karyawan bahwa mereka tidak akan mendapatkan bonus atau kenaikan gaji kecuali mereka bekerja lembur tanpa bayaran tambahan.
d. Pelecehan dan Intimidasi
Hierarki yang tidak seimbang sering kali memfasilitasi pelecehan dan intimidasi, terutama jika karyawan di posisi bawah merasa tidak memiliki mekanisme untuk melindungi diri dari penyalahgunaan kekuasaan oleh atasan. Intimidasi ini dapat berupa penghinaan, penekanan psikologis, atau bahkan diskriminasi yang didasarkan pada posisi hierarkis. Contoh: Seorang manajer yang terus-menerus mengkritik karyawan di depan umum untuk menunjukkan kekuasaan mereka, atau menggunakan intimidasi untuk membuat karyawan merasa tidak berdaya.