Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengakhiri Lingkaran Setan: Mencegah dan Mengatasi Perundungan di Tempat Kerja

19 Oktober 2024   09:05 Diperbarui: 19 Oktober 2024   09:10 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

b. Budaya Kompetisi yang Tidak Sehat

Ketika kompetisi di tempat kerja menjadi berlebihan, itu dapat mendorong karyawan untuk mengadopsi pendekatan "survival of the fittest." Dalam lingkungan seperti ini, rekan kerja mungkin mulai melihat satu sama lain sebagai pesaing daripada sebagai anggota tim, dan rasa solidaritas atau kerja sama berkurang. Sebagai hasilnya, perilaku perundungan, seperti sabotase, gosip, dan isolasi sosial, dapat muncul ketika karyawan mencoba untuk "mengalahkan" atau mendominasi orang lain. Contoh: Dalam organisasi dengan budaya kompetitif yang kuat, karyawan mungkin mencoba untuk menjatuhkan atau mempermalukan rekan kerja mereka secara publik untuk terlihat lebih superior di mata manajemen.

c. Kurangnya Dukungan Emosional dan Manajerial

Di lingkungan yang stres dan penuh tekanan, dukungan emosional dari manajemen sering kali diabaikan. Ketika karyawan merasa bahwa mereka tidak mendapatkan bantuan atau bimbingan yang cukup, mereka bisa menjadi rentan terhadap perilaku negatif, termasuk perundungan. Kurangnya perhatian dari atasan atau manajer terhadap kesejahteraan karyawan juga bisa membuat pelaku perundungan merasa bahwa tindakan mereka tidak akan dihukum, menciptakan iklim yang lebih rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan. Contoh: Jika manajer tidak memberikan umpan balik yang konstruktif atau gagal mengatasi masalah konflik antar-karyawan, perilaku agresif seperti intimidasi verbal atau tekanan psikologis bisa muncul tanpa ada tindakan pencegahan.

d. Kebijakan yang Memicu Kompetisi Berlebihan

Beberapa organisasi menerapkan kebijakan internal yang secara tidak langsung mendorong perilaku perundungan, seperti pemberian penghargaan atau promosi hanya kepada karyawan dengan kinerja tertinggi, tanpa mempertimbangkan faktor kolaborasi atau etika kerja. Ketika promosi atau bonus didasarkan pada persaingan yang ekstrem, karyawan mungkin merasa bahwa satu-satunya cara untuk berhasil adalah dengan mengungguli atau menjatuhkan orang lain, bahkan jika itu berarti melakukan intimidasi atau sabotase. Contoh: Dalam sistem evaluasi yang menekankan penilaian individu tanpa memperhatikan kontribusi tim, karyawan mungkin terdorong untuk melakukan tindakan manipulatif atau tidak adil terhadap rekan kerja untuk meningkatkan peluang mereka mendapatkan penghargaan.

e. Stres yang Menyebabkan Kurangnya Pengendalian Emosi

Ketika karyawan terus-menerus berada di bawah tekanan, kemampuan mereka untuk mengendalikan emosi dan bereaksi secara rasional bisa menurun. Dalam keadaan stres, seseorang lebih mungkin bereaksi secara berlebihan terhadap situasi kecil, yang dapat memicu perilaku perundungan seperti kemarahan yang tidak terkendali, hinaan, atau tindakan intimidasi. Ketidakmampuan untuk menangani stres secara sehat dapat mendorong perilaku agresif yang sebelumnya mungkin tidak terlihat. Contoh: Seorang supervisor yang berada di bawah tekanan besar untuk memenuhi tenggat waktu yang ketat mungkin secara tidak sengaja melampiaskan stres mereka kepada bawahan dengan cara yang kasar atau meremehkan, sehingga menciptakan lingkungan yang penuh dengan intimidasi.

f. Perubahan Organisasi yang Cepat

Lingkungan kerja yang terus berubah atau mengalami restrukturisasi sering kali menciptakan ketidakpastian dan kecemasan di kalangan karyawan. Ketidakstabilan ini dapat meningkatkan ketegangan dan mendorong individu untuk bertindak lebih agresif dalam upaya mempertahankan posisi mereka atau menyesuaikan diri dengan perubahan. Konflik sering terjadi ketika karyawan merasa tidak aman atau khawatir kehilangan pekerjaan, yang dapat mendorong mereka untuk menggunakan taktik perundungan untuk menjaga posisi mereka. Contoh: Selama masa restrukturisasi atau pemutusan hubungan kerja, beberapa karyawan mungkin berusaha untuk merusak reputasi rekan kerja mereka agar terlihat lebih baik di mata manajemen.

g. Kekhawatiran tentang Keamanan Pekerjaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun