Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UNESCO: Minat Baca di Indonesia Masih Rendah, Tantangan dan Solusi Bagi Literasi Nasional

9 Oktober 2024   09:59 Diperbarui: 9 Oktober 2024   10:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan menyediakan buku-buku yang lebih menarik, relevan, dan bervariasi, masyarakat, terutama generasi muda, akan lebih terdorong untuk membaca. Peningkatan kualitas koleksi buku akan menjadi salah satu langkah penting dalam membangun budaya literasi yang kuat di Indonesia.

2. Kurangnya Kebiasaan Membaca Sejak Dini 

a. Kurangnya Dukungan dari Keluarga 

Kurangnya dukungan dari keluarga dalam menanamkan kebiasaan membaca merupakan salah satu faktor penting yang turut berkontribusi terhadap rendahnya minat baca di Indonesia. Keluarga, terutama orang tua, memainkan peran kunci dalam membentuk kebiasaan membaca sejak dini. Ketika dukungan dari keluarga kurang, anak-anak cenderung tidak mengembangkan kebiasaan ini, yang berdampak pada kemampuan literasi mereka di masa depan. Ada beberapa alasan mengapa dukungan keluarga sering kali minim dalam hal ini:

  • Kurangnya Kesadaran Orang Tua tentang Pentingnya Membaca, Banyak orang tua belum sepenuhnya menyadari betapa pentingnya kebiasaan membaca bagi perkembangan anak. Mereka mungkin memandang membaca sebagai aktivitas yang hanya dilakukan di sekolah atau melihatnya hanya sebagai bagian dari kewajiban belajar, bukan kegiatan yang menyenangkan atau bermanfaat untuk pengembangan pribadi. Akibatnya, mereka tidak memprioritaskan waktu membaca bersama anak atau menyediakan bahan bacaan di rumah.
  • Tingkat Pendidikan Orang Tua yang Rendah, Di banyak keluarga, terutama di daerah pedesaan atau dengan latar belakang ekonomi rendah, orang tua mungkin memiliki tingkat pendidikan yang terbatas. Hal ini membuat mereka tidak merasa nyaman atau percaya diri untuk membimbing anak-anak mereka dalam membaca. Mereka mungkin juga tidak terbiasa dengan kegiatan membaca sendiri, sehingga tidak bisa menjadi teladan bagi anak-anak mereka.
  • Kurangnya Waktu dan Fokus di Rumah, Dalam keluarga yang kedua orang tua bekerja, waktu untuk bersama anak sering kali terbatas. Waktu yang ada lebih banyak digunakan untuk mengurus kebutuhan sehari-hari, sehingga aktivitas seperti membaca bersama anak sering terabaikan. Banyak keluarga juga lebih fokus pada pekerjaan rumah tangga atau hal-hal praktis lain, sehingga kebiasaan membaca tidak menjadi prioritas.
  • Dominasi Penggunaan Gadget dan Media Sosial, Di era digital ini, banyak keluarga lebih sering menghabiskan waktu dengan menonton televisi, menggunakan gadget, atau berselancar di media sosial dibandingkan membaca buku. Orang tua sering memberikan gadget kepada anak sebagai bentuk hiburan tanpa mengarahkan mereka untuk membaca. Hal ini membuat anak lebih terbiasa dengan konsumsi visual dan digital, yang bisa mengurangi minat mereka terhadap buku.
  • Kurangnya Akses terhadap Buku di Rumah, Bagi banyak keluarga, terutama dari kalangan ekonomi rendah, menyediakan buku-buku di rumah mungkin tidak dianggap sebagai prioritas. Dengan harga buku yang relatif mahal dan keterbatasan perpustakaan umum yang mudah diakses, anak-anak di keluarga-keluarga ini sering kali tumbuh tanpa akses ke bahan bacaan yang memadai. Rumah yang tidak dipenuhi buku atau bacaan lainnya juga membuat anak-anak jarang berinteraksi dengan buku dan tidak melihat membaca sebagai kebiasaan yang penting.

Solusi untuk menumbuhkan dukungan keluarga dalam membaca:

  • Meningkatkan Kesadaran Orang Tua tentang Pentingnya Membaca, Program pendidikan literasi bagi orang tua, yang menjelaskan pentingnya membaca sejak dini untuk perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak, perlu ditingkatkan. Penyuluhan bisa dilakukan melalui sekolah, komunitas, atau media sosial, agar orang tua memahami peran penting mereka dalam membentuk kebiasaan membaca.
  • Menjadikan Membaca Aktivitas Keluarga, Orang tua dapat menciptakan waktu khusus setiap hari untuk membaca bersama anak-anak mereka. Aktivitas membaca tidak hanya bisa dilakukan dengan membaca buku, tetapi juga bercerita, membaca komik, atau bahkan membaca papan informasi di sekitar. Dengan membuat membaca sebagai kegiatan rutin dan menyenangkan, anak-anak akan lebih tertarik untuk terlibat.
  • Memberikan Contoh dengan Membaca Sendiri, Anak-anak meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Ketika orang tua memperlihatkan kebiasaan membaca, baik itu buku, majalah, atau artikel online yang relevan, anak-anak akan merasa bahwa membaca adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Orang tua yang terlibat dalam kegiatan membaca juga memberikan contoh langsung tentang bagaimana literasi menjadi keterampilan penting.
  • Menyediakan Buku di Rumah, Keluarga perlu memfasilitasi akses terhadap buku dan bahan bacaan lain di rumah, bahkan jika hanya dalam jumlah kecil. Buku tidak harus baru atau mahal; buku bekas, perpustakaan keliling, atau program donasi buku bisa menjadi solusi untuk keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi. Menyediakan rak buku kecil dengan berbagai macam bacaan akan memancing rasa ingin tahu anak untuk membaca.
  • Mengurangi Waktu Layar dan Meningkatkan Aktivitas Membaca, Orang tua dapat membatasi waktu anak-anak untuk bermain gadget atau menonton televisi dan mengalihkannya ke kegiatan yang lebih produktif, seperti membaca buku. Mereka juga bisa memanfaatkan teknologi dengan cara yang lebih produktif, misalnya, menggunakan aplikasi buku digital atau membaca cerita interaktif yang tersedia secara online.
  • Kerjasama dengan Sekolah, Sekolah bisa berperan aktif dengan melibatkan orang tua dalam kegiatan literasi anak-anak. Misalnya, program "Membaca Bersama Keluarga" atau "Buku Harian Membaca" di mana anak-anak melaporkan bacaan mereka bersama orang tua bisa menjadi cara untuk mendorong orang tua lebih terlibat dalam kebiasaan membaca di rumah.

Dengan dukungan keluarga yang kuat, kebiasaan membaca dapat tertanam lebih baik sejak dini. Membaca bersama di rumah tidak hanya meningkatkan minat baca anak, tetapi juga mempererat hubungan keluarga, menciptakan suasana yang mendukung pembelajaran, dan membuka jalan bagi anak-anak untuk menjadi pembaca aktif sepanjang hidup mereka.

b. Metode Pembelajaran yang Kurang Menarik di Sekolah 

Metode pembelajaran yang kurang menarik di sekolah menjadi salah satu penyebab rendahnya minat baca dan belajar siswa. Ketika cara pengajaran monoton, membosankan, atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, anak-anak cenderung kehilangan ketertarikan untuk belajar, termasuk dalam hal membaca. Beberapa alasan mengapa metode pembelajaran di sekolah sering kali kurang menarik meliputi:

  • Pendekatan Tradisional yang Tidak Interaktif, Banyak sekolah di Indonesia masih menerapkan metode pembelajaran tradisional, di mana guru cenderung mendominasi proses pembelajaran. Pengajaran yang berfokus pada ceramah atau hafalan tanpa melibatkan siswa dalam diskusi atau aktivitas interaktif membuat siswa pasif dan bosan. Ketika siswa hanya menjadi pendengar tanpa dilibatkan dalam proses pembelajaran, minat mereka terhadap materi yang diajarkan, termasuk literasi, akan berkurang.
  • Minimnya Penggunaan Teknologi dan Media Pembelajaran Kreatif, Di era digital, siswa semakin terbiasa dengan media visual dan interaktif, seperti video, aplikasi edukasi, dan permainan digital. Namun, banyak sekolah masih minim dalam memanfaatkan teknologi ini dalam kegiatan belajar mengajar. Buku teks menjadi satu-satunya sumber belajar yang digunakan, yang dapat terasa kaku dan kurang menarik bagi siswa yang terbiasa dengan media digital. Padahal, penggunaan teknologi seperti e-book, video interaktif, atau aplikasi pembelajaran dapat membantu membuat proses belajar lebih dinamis dan menarik.
  • Tidak Ada Hubungan dengan Kehidupan Nyata, Siswa akan lebih tertarik untuk belajar ketika mereka bisa melihat relevansi antara pelajaran yang dipelajari dan kehidupan sehari-hari mereka. Sayangnya, banyak metode pengajaran yang tidak menekankan keterkaitan antara materi pelajaran dengan konteks praktis dalam kehidupan nyata. Misalnya, pelajaran membaca sering kali hanya berfokus pada tugas-tugas analitis seperti memahami teks atau menjawab pertanyaan, tetapi tidak memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi bacaan yang relevan dengan minat pribadi mereka atau yang berkaitan dengan masalah aktual.
  • Kurangnya Pembelajaran Berbasis Proyek atau Eksperimen, Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan eksperimen bisa membantu meningkatkan minat siswa dengan melibatkan mereka langsung dalam aktivitas yang menantang dan mendorong kreativitas. Namun, metode ini belum banyak diterapkan di sebagian besar sekolah. Pembelajaran yang lebih menekankan pada teori tanpa disertai dengan aktivitas praktis atau eksplorasi membuat siswa merasa jenuh. Jika sekolah lebih sering melibatkan siswa dalam proyek literasi kreatif seperti menulis cerita, membuat majalah kelas, atau mengadakan diskusi kelompok tentang buku, siswa akan lebih termotivasi untuk membaca dan mengeksplorasi berbagai bahan bacaan.
  • Kurangnya Diferensiasi dalam Pembelajaran, Metode pembelajaran yang seragam untuk semua siswa tanpa mempertimbangkan perbedaan gaya belajar, kemampuan, atau minat dapat mengurangi efektivitas pembelajaran. Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda---ada yang lebih visual, ada yang lebih kinestetik, atau auditori. Namun, jika metode pembelajaran yang digunakan di sekolah hanya mengandalkan satu pendekatan yang tidak fleksibel, banyak siswa akan merasa kesulitan untuk mengikuti atau merasa bosan dengan materi yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Ketika siswa merasa tidak terlibat atau kurang tertantang, minat mereka terhadap pelajaran, termasuk membaca, akan menurun.
  • Kurikulum yang Terlalu Padat, Sistem pendidikan di Indonesia sering kali memiliki kurikulum yang padat dengan materi yang harus diselesaikan dalam waktu singkat. Akibatnya, guru mungkin lebih berfokus pada mengejar target kurikulum daripada menciptakan pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna. Dengan tekanan untuk menyelesaikan banyak materi, metode pengajaran menjadi lebih berfokus pada kecepatan dan kurang memperhatikan bagaimana membuat pelajaran lebih menarik atau relevan bagi siswa. Siswa yang merasa terbebani dengan tugas dan materi yang berlebihan sering kehilangan motivasi untuk mengeksplorasi bacaan lebih lanjut.
  • Minimnya Kegiatan Ekstrakurikuler Literasi, Kegiatan ekstrakurikuler seperti klub buku, lomba membaca, atau kegiatan menulis kreatif bisa menjadi cara efektif untuk menumbuhkan minat baca siswa. Namun, di banyak sekolah, kegiatan seperti ini kurang diperhatikan atau tidak disediakan. Siswa yang mungkin memiliki minat pada literasi tidak mendapatkan cukup ruang untuk mengembangkan kecintaan mereka pada membaca dan menulis di luar jam pelajaran formal.

Solusi untuk meningkatkan metode pembelajaran yang menarik:

  • Penggunaan Media dan Teknologi Interaktif, Guru bisa memanfaatkan teknologi seperti aplikasi pembelajaran, video edukasi, atau e-book interaktif untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Sumber daya ini tidak hanya memperkaya proses belajar tetapi juga bisa membuat materi bacaan lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
  • Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Eksplorasi, Melibatkan siswa dalam proyek-proyek kreatif yang mendorong mereka untuk menggunakan literasi dalam kehidupan nyata, seperti menulis artikel, membuat blog kelas, atau menyusun cerita pendek, dapat meningkatkan motivasi mereka untuk membaca dan menulis.
  • Mengaitkan Materi dengan Kehidupan Nyata, Guru dapat membuat pembelajaran lebih relevan dengan mengaitkan materi pelajaran dengan situasi yang terjadi di sekitar siswa. Membaca bisa difokuskan pada topik-topik yang relevan dengan minat atau isu-isu aktual yang menarik perhatian siswa.
  • Diferensiasi dalam Pembelajaran, Guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti diskusi kelompok, tugas kreatif, permainan edukatif, atau pembelajaran visual. Dengan demikian, siswa yang memiliki berbagai gaya belajar bisa terlibat secara aktif dan merasa termotivasi untuk belajar lebih lanjut, termasuk dalam hal membaca.
  • Mengadakan Kegiatan Literasi di Sekolah, Sekolah bisa mengadakan kegiatan literasi seperti hari membaca bersama, klub buku, lomba menulis kreatif, atau diskusi literatur. Aktivitas ini bisa menjadi wadah bagi siswa untuk mengeksplorasi minat baca mereka di luar kegiatan formal.
  • Melibatkan Siswa dalam Proses Pembelajaran, Siswa akan lebih tertarik jika mereka merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Misalnya, guru bisa memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih topik bacaan yang mereka sukai atau merancang kegiatan yang memungkinkan siswa lebih banyak berpartisipasi aktif dalam kelas.

Dengan metode pembelajaran yang lebih kreatif, relevan, dan interaktif, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan membaca, sehingga membantu meningkatkan budaya literasi di sekolah.

3. Pilihan Hiburan Lain yang Lebih Menarik 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun