Banyak ujian atau tes berbasis teks yang mengharuskan siswa memahami pertanyaan dengan baik untuk dapat menjawab dengan tepat. Jika minat baca rendah, siswa akan menghadapi kesulitan dalam mencerna soal yang berbentuk cerita panjang atau pertanyaan yang memerlukan pemahaman kritis. Akibatnya, nilai ujian mereka bisa lebih rendah bukan karena mereka tidak menguasai materi, tetapi karena mereka kesulitan memahami instruksi atau soal dengan benar. Ini adalah efek langsung dari minimnya kebiasaan membaca yang mengurangi kecepatan dan efisiensi pemahaman teks.
d. Pengaruh pada Keterampilan Menulis
Minat baca yang rendah juga berdampak pada kemampuan menulis siswa, karena membaca dan menulis saling berkaitan erat. Membaca memperkaya kosa kata, gaya penulisan, dan struktur bahasa. Siswa yang jarang membaca cenderung memiliki keterampilan menulis yang lebih lemah, karena mereka kurang memiliki referensi bagaimana mengorganisir ide-ide mereka dengan baik. Ini tidak hanya memengaruhi kemampuan mereka dalam menulis esai atau tugas tertulis, tetapi juga dalam mengartikulasikan argumen yang logis dan koheren—yang merupakan bagian penting dari berpikir kritis.
e. Minimnya Eksplorasi Ide dan Sudut Pandang Beragam
Buku dan bacaan memperkenalkan siswa pada berbagai sudut pandang, ide, dan pengalaman yang mungkin berbeda dari apa yang mereka alami sehari-hari. Ketika siswa tidak membaca secara rutin, mereka kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan menantang cara berpikir mereka sendiri. Hal ini penting untuk mengembangkan pemikiran kritis, karena siswa harus dapat mempertimbangkan perspektif yang berbeda dan mengevaluasi kebenaran atau validitas dari berbagai argumen. Tanpa kebiasaan membaca, siswa hanya akan terbatas pada perspektif yang mereka peroleh dari lingkungan langsung mereka, yang dapat membatasi wawasan mereka dan mengurangi kemampuan berpikir kritis.
f. Sulit Menghubungkan Informasi Antar Disiplin
Membaca memperkuat kemampuan siswa untuk menghubungkan ide dari berbagai disiplin ilmu. Misalnya, seorang siswa yang membaca tentang sejarah mungkin menemukan relevansi dengan konsep dalam ilmu sosial atau seni. Kebiasaan membaca membuat siswa terbiasa mencari koneksi antara pengetahuan yang tampaknya berbeda dan mengembangkan pola pikir yang lebih holistik. Namun, jika minat baca rendah, siswa mungkin tidak terbiasa mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber atau disiplin, yang membuat mereka kesulitan dalam mengembangkan pemahaman yang lebih menyeluruh atau menyelesaikan masalah yang membutuhkan pendekatan multidisipliner.
g. Motivasi Belajar yang Rendah
Siswa dengan minat baca yang rendah cenderung kurang termotivasi untuk belajar secara mandiri. Mereka lebih mengandalkan penjelasan guru atau sumber daya visual, dan jarang inisiatif untuk membaca bahan tambahan atau memperdalam materi di luar kelas. Hal ini dapat menyebabkan ketergantungan pada sumber informasi tunggal dan mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengambil inisiatif dalam belajar. Seiring waktu, ini mengurangi kemampuan mereka untuk mengembangkan pemikiran yang mandiri dan kritis terhadap apa yang mereka pelajari.
h. Minimnya Peningkatan Daya Ingat dan Pemahaman Jangka Panjang
Membaca memperkuat daya ingat dan pemahaman jangka panjang. Dengan membaca, siswa berulang kali memproses informasi, yang membantu memperkuat ingatan dan pemahaman mereka tentang topik tertentu. Siswa yang jarang membaca mungkin hanya mendapatkan pemahaman yang superfisial dan jangka pendek, yang mudah hilang setelah ujian selesai. Kurangnya minat membaca membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mendalami konsep secara menyeluruh, yang penting untuk penguasaan materi pelajaran secara mendalam.