Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi saat ini bukan hanya mempromosikan minat baca, tetapi juga mengedukasi masyarakat, khususnya mahasiswa, untuk tetap memprioritaskan sumber belajar yang terpercaya, baik itu dalam bentuk fisik maupun digital. Keseimbangan antara keduanya dapat menjadi solusi dalam menghadapi rendahnya minat baca di era digital ini.
Prof. Mochamad Nursalim menekankan bahwa untuk meningkatkan minat baca, penting untuk menyadari bahwa saat ini sumber bacaan dan pengetahuan sangat beragam. Buku tidak lagi hanya terbatas pada bentuk fisik atau cetak, tetapi juga tersedia dalam bentuk digital seperti buku elektronik (e-book), jurnal ilmiah, dan hasil riset yang dapat diakses melalui berbagai platform terpercaya.
Keberagaman sumber bacaan ini menawarkan lebih banyak peluang bagi masyarakat, terutama mahasiswa, untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan mereka, kapan saja dan di mana saja. Buku elektronik dan jurnal daring tidak hanya memberikan kemudahan akses, tetapi juga memperluas jangkauan informasi yang bisa diakses oleh pembaca. Dengan berbagai topik yang bisa dipelajari secara digital, pembaca dapat lebih fleksibel memilih bahan bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
Namun, Prof. Nursalim juga menekankan pentingnya memilih sumber bacaan yang terpercaya. Dengan banyaknya platform yang menyediakan informasi, perlu ada kesadaran akan kualitas dan validitas dari sumber-sumber tersebut. Platform yang menyediakan e-book, jurnal, atau hasil riset umumnya melalui proses penyuntingan dan validasi, sehingga dapat dipercaya. Ini sangat penting karena tidak semua konten yang ditemukan di internet memiliki kredibilitas yang sama.
Untuk itu, selain memperluas akses ke berbagai jenis bacaan, pendidikan literasi digital juga menjadi kunci. Masyarakat dan mahasiswa perlu dilatih untuk memilah mana sumber yang kredibel dan mana yang tidak. Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak dan memahami bagaimana cara mengakses informasi dari sumber yang terpercaya, minat baca bisa lebih mudah ditingkatkan.
Kesadaran bahwa membaca tidak terbatas pada bentuk fisik buku, melainkan bisa dilakukan melalui berbagai platform digital, menjadi langkah awal yang penting dalam membangun budaya literasi di era modern.
Mengapa Minat Baca di Indonesia Masih Rendah?
Beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya minat baca di Indonesia antara lain:
1. Akses terhadap Buku yang TerbatasÂ
a. Kurangnya Perpustakaan yang Memadai
Salah satu faktor yang turut berkontribusi terhadap rendahnya minat baca di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, adalah kurangnya perpustakaan yang memadai. Perpustakaan, yang seharusnya menjadi pusat literasi dan sumber bacaan bagi masyarakat, sering kali tidak tersedia di desa-desa atau jika ada, fasilitas dan koleksi bukunya terbatas. Kondisi ini menciptakan kesenjangan akses terhadap bacaan berkualitas, terutama bagi masyarakat di pedesaan yang mungkin tidak memiliki kemampuan atau sarana untuk membeli buku secara pribadi.