Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Kisah Roh dan Badan

15 November 2024   15:25 Diperbarui: 15 November 2024   15:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Roh dan Badan

Sebuah roh ngotot bersitahan di dunia kenangan

dan membiarkan sang badan pergi ke masa depan sendirian,

saban hari gentayangan ia di kali bersama bocah-bocah telanjang

mengejar layangang putus di sawah orang

memetiki buah-buahan sepanjang jalan

bergumul di lumpur dengan kerbau rawa seharian.

Semua permainan ia yang menentukan

main bajak laut ia yang memimpin

karena cuma ia yang jenggotan.

Di kelas ia duduk paling depan, mengambil separuh ruangan

menghalangi pandangan semua orang.

Di bawah buku gambar ia tuliskan segala macam kata rayuan

surat-surat cinta yang bikin bu guru geram sekaligus cekikikan.

Ia mengutip uang jajan seisi kelas

yang membuat wali murid protes keras.

Di kampung ia memantapkan diri sebagai jagoan

menghadang gadis-gadis di tikungan jalan

menggondol jam dinding dan mikropon musala

empat kali mencekik tukang warung yang enggan memberi utangan.

Para tetua dan aparat sama bingungnya

walau kenakalannya sudah seperti anak durhaka:

ini dunia kenangan, dunia tenang yang subtil

sudah selazimnya dipenuhi fantasi infantil

orang tak boleh sembarangan menambahkan aturan

menerapkan standar moral yang membelenggu kebebasan

memasang jeruji besi untuk mengurung mimpi-mimpi.

Seisi dunia bungkam

tak punya cara buat menghentikan sang tiran, semua tinggal pasrah.

Kini gadis-gadis tak lagi menjerit ketika kepangnya ditarik-tarik

tukang pentol tak lagi marah ketika dagangannya dijarah

si tua penjaga musala acuh saja tatkala ia mencopoti kaca

dan bocah-bocah itu menyisih setiap kali ia memasuki arena.

Situasi ini membuatnya kalap sekaligus tak berdaya

ingin ia memberontak tapi tak tahu pada siapa:

ini dunia kenangan, satu-satunya sudut kehidupan

dimana revolusi diharamkan.

Pada suatu senja di puncak gunung

tatkala lembayung menggelar rambut emasnya seantero pucuk pohon

ia mendengar seperti sebuah seruling memanggil

seakan sebuah kapal baru saja bertolak dari semenanjung

menelantarkannya dalam paradoks melankoli yang memecahkan ubun-ubun.

Sementara sang badan yang meluncur sendirian

tersesat dalam sebuah negeri yang penuh demonstrasi

karnaval dan perayaan, jargon dan tanda merah

memenuhi separoh penanggalan

penduduknya selalu gembira tanpa alasan

hobi merayakan kemenangan-kemenangan

yang belum sempat dilakukan nenek moyang.

Tiap minggu sejumlah orang diundang ke istana

demi menerima tanda jasa, kenaikan pangkat

atau sekedar mengahadiri pesta kebun seorang bangsat.

Maka demikianlah, pada suatu malam yang riang

ketika purnama baru mengerosong dari himpitan awan hitam

sambil berdesakan sampai juga sang badan di kebun belakang istana

tempat baginda menyalurkan hobinya menyantuni margasatwa.

Langsung ia menggelesot di padang rumput

memandang sekilas kerlipan bintang terakhir yang semaput.

Di kebun sebelah, berpagar pohon segala buah

ditingkah gending yang tak berubah sejak zaman mpu gandring

terdengar suara-suara manja merayu

dari sisa waktu yang makin kuyu

tawa dalam yang lepas bebas

dari nadi malam yang mulai kebas.

Embun mulai merepih sepanjang area kebun

bulan sudah penat meniti cakrawala

tinggal menggelendot di pucuk cemara sebelah barat istana.

Lalu sekelompok kijang tiba-tiba menggotongnya ke tengah pesta

persis di depan baginda yang sedang asyik bercengkrama dengan para menterinya.

Antara tidur dan jaga

ia dengar rencana-rencana besar

proyek peragaan bencana, proposal gelar kepahlawanan

taktik-taktik baru penghalau jenuh dan kebosanan

kemudian bisik-bisik yang menyerupai rintik

kasak-kusuk yang makin lama makin khusyuk

ada juga kata teredam yang terdengar seperti dendam

bergaung sepanjang malam, mengancam

berbaur lolong serigala hutan.

Bulan mulai merutuk dan batuk-batuk

terpaksa menyesap leleran embun seteguk demi seteguk,

sang badan sadar dan langsung menggigil

di sini tak ada kawan bisa dipanggil

kecemasan akan begadang sepanjang malam

mengunci segala pintu pelarian

dan kesunyian akan segera melepaskan topeng

merenggutkan segala dari igauan kepura-puraan

saat itulah mereka akan saling terkam

baku hantam dengan bayangan yang menguntit siang malam

dari toilet hingga meja makan.

Sayang sang badan tak punya tenaga untuk ikut berantem

karena bayangannya, roh keras kepala itu

tertinggal di dunia kenangan

dan sepanjang abad tak ada tumpangan

yang punya jadwal keberangkatan untuk pulang.

Tinggallah ia meringkuk kikuk

pada suatu loteng bangunan yang ditinggalkan

di bawahnya matahari memulas warna-warni jalanan

menggagas kota-kota baru

menyulut peperangan melawan waktu

meretas kantuk zaman

menyiasati pejam yang tak mau padam.

Lalu laba-laba membentangkan jaring di kelopak mata dan lubang kuping

merpati bersarang di rambut dan mengkapling habis kepalanya

sang badan terus saja membatu

jadi obyek turis asing berswafoto

untuk waktu yang sulit diramalkan

roh badung itu terus membuat kegaduhan

di lorong-lorong kenangan

di sepanjang jalan sejarah yang tak lagi berajah

di ceruk-ceruk kesadaran yang terus mengigau

pada jati diri yang makin hari makin tak terjangkau.

Maka begitulah

kerna sama-sama urakan

entah sampai kapan

roh dan badan akan terus berselisih jalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun