baku hantam dengan bayangan yang menguntit siang malam
dari toilet hingga meja makan.
Sayang sang badan tak punya tenaga untuk ikut berantem
karena bayangannya, roh keras kepala itu
tertinggal di dunia kenangan
dan sepanjang abad tak ada tumpangan
yang punya jadwal keberangkatan untuk pulang.
Tinggallah ia meringkuk kikuk
pada suatu loteng bangunan yang ditinggalkan
di bawahnya matahari memulas warna-warni jalanan
menggagas kota-kota baru
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!