Di kelas ia duduk paling depan, mengambil separuh ruangan
menghalangi pandangan semua orang.
Di bawah buku gambar ia tuliskan segala macam kata rayuan
surat-surat cinta yang bikin bu guru geram sekaligus cekikikan.
Ia mengutip uang jajan seisi kelas
yang membuat wali murid protes keras.
Di kampung ia memantapkan diri sebagai jagoan
menghadang gadis-gadis di tikungan jalan
menggondol jam dinding dan mikropon musala
empat kali mencekik tukang warung yang enggan memberi utangan.
Para tetua dan aparat sama bingungnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!