dan bocah-bocah itu menyisih setiap kali ia memasuki arena.
Situasi ini membuatnya kalap sekaligus tak berdaya
ingin ia memberontak tapi tak tahu pada siapa:
ini dunia kenangan, satu-satunya sudut kehidupan
dimana revolusi diharamkan.
Pada suatu senja di puncak gunung
tatkala lembayung menggelar rambut emasnya seantero pucuk pohon
ia mendengar seperti sebuah seruling memanggil
seakan sebuah kapal baru saja bertolak dari semenanjung
menelantarkannya dalam paradoks melankoli yang memecahkan ubun-ubun.
Sementara sang badan yang meluncur sendirian
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!