Salah satu tantangan serius yang kami alami adalah status jurnal yang belum terakrediasi. Hal ini berimplikasi terhadap jumlah dan mutu artikel yang masuk.
"Sinta berapa?", demikian pertanyaan yang sering diajukan kepada kami dari calon penulis JAWI. Para penulis selalu mempertimbangkan status akrediasi, sebelum mengirimkan artikelnya ke setiap jurnal.
Di tengah kondisi ini, saya menggunakan jaringan kolega selama ini, terutama dengan mahasiswa-mahasiswa yang pernah saya bimbimbing saat menulis skripsi di Prodi Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar. Begitu pula dengan para kolega saya lainnya.
Walhasil, kami mendapatkan artikel sesuai kebutuhan setiap nomor/edisi. Namun. Tak jarang kualitas artikel yang masuk jauh dari layak, terutama dari mahasiswa bimbingan saya, sehingga saya harus membimbing mereka untuk merevisi dan menyesuaikan dengan style JAWI. Setelah itu, saya mengedit artikel mereka sampai layak terbit.
Begitu juga dengan artikel dari para kolega, sejauh menarik untuk diterbitkan, saya berupaya untuk mengeditnya sampai layak terbit. Masalah umum dari kolega ini adalah manajemen referensi yang belum digunakan, sehingga saya harus menyesuaikannya dengan style JAWI yang menggunakan Turabian full note.
Setelah dua nomor tahun 2023 terbit, kami menyiapkan dokumen akreditasi JAWI. Pada 1 Maret 2024, berkas akreditasi kami kirimkan secara online kepada ARJUNA, dan hari itu juga dinyatakan Lolos Desk. Hasil evaluasi diri diperoleh score 72,5 (setara Sinta 2).
Proses penilaian Manajemen dimulai pada bulan Juni dan Juli, sebagaimana tertera di website Arjuna. Namun, hingga akhir tahun ini belum juga ada keputusan akhirnya. Sudah barang tentu, ini menjadi tantangan serius lagi bagi proses penerbitan akan datang (tahun 2025). Â
Kendati demikian, saya bersyukur bisa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru dalam pengelolaan jurnal. Betapa tidak, hampir setiap saat, Rumah Jurnal melakukan kegiatan peningkatakan kapasitas pengelola jurnal.
Bagi saya, kegiatan itu tidak hanya berguna dalam pengelolaan jurnal, tetapi juga secara praktis telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya menulis artikel jurnal yang bermutu.
Pengalaman itu juga berguna dalam meningkatkan mutu pembelajaran saya di Prodi S1 SPI. Dalam mata kuliah Seminar Sejarah, yang saya ampu bersama dengan Mas Agus (tim JAWI), luarannya adalah semua mahasiswa harus mengirimkan artikelnya ke Jurnal Nasional (terakreditasi). Hal ini tidak pernah saya lakukan sebelum mengelola JAWI.
Alhamdulillah, tahun ini ada tiga mahasiswa (Nurul Hidayati, Seli Anjani, dan M. Bagas Kurniawan) yang artikelnya terbit di jurnal nasional terakreditasi (Sinta 3 dan 4) dari luaran mata kuliah Seminar Sejarah.
Yang membahagiakan saya adalah bahwa tiga artikel tersebut dapat digunakan oleh mereka sebagai karya ilmiah Tugas Akhir, sehingga mereka tidak lagi menulis skripsi. Dari hasil konfirmasi dengan Mas Aan (sekretaris Prodi SPI), mereka dijadwalkan akan ujian akhir (munaqosah) pada minggu kedua Januari 2025.