Selain kunjungan ke dua kampus tersebut, kami juga menyempatkan untuk mengeksplore jejak peradaban Nusantara di Jawa Tengah yakni Candi Borobudur. Ini merupakan hasil cipta karya manusia Jawa di abad ke-8 dan 9 Masehi, yang makna mengandung filosofi yang mencoba menyatukan antara unsur spiritual (agama Buddha) dan alam semester.
Candi Borobudur lahir dari daya pikir yang luar biasa, kedisiplinan yang tinggi, kerja sama yang solid, dan komitmen yang kuat untuk menciptakan peradaban bangsa.
Jejak peradaban ini mengingatkan kita pada apa yang dikatakan oleh sejarawan Inggris yang terkemuka, Arnold Toynbee, bahwa peradaban diciptakan oleh kelompok minoritas yang kreatif dan kemudian diterima oleh kelompok mayoritas (warga dunia). Ia ditetatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada 13 Desember 1991.
Managing Editor Jurnal JAWI Â
Sejak dua tahun terakhir, saya diberikan amanah oleh Rumah Jurnal UIN Raden Intan Lampung di bawah nakhoda, Antomi Saregar, M.Si, untuk mengelola Jurnal JAWI yang diterbitkan oleh LP2M UIN RIL.
Pada mulanya saya tidak bersedia menjadi pengelolanya, dengan berbagai pertimbangan, antara lain ingin lebih fokus menulis artikel di jurnal dan media massa. Namun, setelah dua sampai tiga kali bertemu dengan Mas Antomi, karena pertimbangan kontrubusi saya bagi kampus, maka saya pun menerimanya.
Sebelum menerimanya, saya menyampaikan kepada Mas Antomi, bahwa agar dalam pengelolaan, kami tidak diintervensi alias diberi kebebasan untuk mengelola jurnal ini secara professional, kecuali soal anggaran yang sepenuhnya dibawah konttrol RJ. Mas Antomi setuju. Dan, saya juga meminta agar tim yang bekerja adalah orang-orang yang saya pilih sendiri agar mudah bekerja. Ia juga setuju.
Saya mengajukan tiga tim kerja, yang semuanya dosen muda dari Fakultas Adab, yaitu Agus Mahfudin Setiawan (dosen SPI), Reza Nawafella Alya Parangu (dosen IPII), dan Okta Azrina RA (dosen IPII). Kami mulai mengerjakan dan menerbitkan edisi tahun 2023.
Dalam perjalanan, Okta diterima sebagai dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada akhir tahun 2023 dan pada tahun 2024 pindah home base ke sana. Maka praktis, kini kami bertiga yang mengelola JAWI. Â
Saya bersyukur karena tim ini sangat solid. Kami berbagi tugas. Hal-hal yang bersifat teknis ditangani oleh Mas Agus dan Mba Reza, sedangkan subtansi artikel menjadi tanggung jawab saya.
JAWI terbit sejak tahun 2018, namun hingga tahun 2023 belum diajukan untuk akreditasi ke Arjuna. Ini menjadi tantangan bagi kami. Salah satu syarat pengajuan akreditasi adalah dua nomor terbitan.
Kami memutuskan untuk menggunakan dua nomor terbitan hasil kerja sama, alias tidak menggunakan edisi terbitan lama. Edisi baru (mulai 2023) didesain dengan tampilan baru dengan jumlah artikel setiap nomor sebanyak tujuh artikel. Sampai akhir tahun ini, kami sudah menerbitkan dua volume (6 dan 7) dengan masing-masing dua nomor. Â