BELINDA : Haris akan menikah denganku sayang.
HARIS: (BERTERIAK KERAS) Tidak akan ada niat seperti itu, kau harus yakin.
BELINDA : Kalau begitu dia akan menikah denganku, Haris.
AKU: (BERTERIAK KERAS) Keluar! Jangan pernah kembali masuk ke dalam kamar ini.
HARIS: Tidak, aku akan terus kembali, aku akan terus berada di kamar ini sampai kau betul-betul tidak membutuhkan aku.
BELINDA: Betul Haris, karena hidup kita bakal rumit, sekali rumit bakal rumit selamanya, selama kau tak berani keluar bahwa sebenarnya tidak pernah rumit.
AKU: (BERTERIAK KERAS) Aku tidak akan pernah membutuhkanmu, karena hidupku tidak akan pernah rumit.
BELINDA: Kau salah sayang, karena kau yang membuat situasi menjadi rumit lebih dulu, kau yang akan menabrak tata krama dan etika itu sendiri sayang, kau tak seperti mereka, ketika masuk ke dalam rumah untuk bertamu, kau malah masuk lewat pintu belakang, ataupun menaiki atas genting, kau tabrak juga estetika ini sayang.
HARIS: Dengarlah penjelasanku, kali ini, aku mencintaimu sebagai seorang sahabat, kalau ini memang sudah terjadi maafkan aku, kalau esok terjadi lagi, berarti itu jalan hidup yang kita tempuh sampai berani menjelaskannya, kenapa kita lakukan? Apa yang membuat kita memilih?
LAMA KELAMAAN HARIS BICARA, AKU PUN MENJADI TENANG SEHINGGA HARIS MEMBERANIKAN DIRI MELANGKAH PELAN-PELAN KE ARAHKU, BELINDA JADI TERTEGUN MELIHAT KAMI, DIA SEPERTI INGIN MENCEGAHNYA.
HARIS: Aku berjanji akan selalu ada buatmu, kita seorang sahabat, kalau kita nantinya bisa saling mencintai, berarti kita sudah memilih, kita sudah berani memutuskan, kita sudah tahu alasannya kenapa ada larangan.