Bab 12
Mahar
Di siang yankolah kampung tentu saja perguruan Muhammadiyah dan beberapa sekolah swasta miskin lainnya di Belitong.g panas menggelegak, ketika pelajaran seni suara, di salah satu sudut kumuh perguruan miskin Muhammadiyah, kami menjadi saksi bagaimana nasib menemukan bakat Mahar. Mulanya Bu Mus meminta A Kiong maju ke depan kelas untuk menyanyikan sebuah lagu, dan seperti diduga dan sudah delapan belas kali terjadi ia akan membawakan lagu yang sama yaitu Berkibarlah Benderaku karya Ibu Sud.Â
A Kiong membawakan lagu itu dengan gaya mars tanpa rasa sama sekali. Ia memandang keluar jendela dan pikirannya tertuju pada labu siam yang merambati dahan-dahan rendah filicium serta buah-buahnya yang gendut-gendut bergelantungan. Ia bahkan tidak sedikit pun memandang ke arah kami, ia mengkhianati penonton.
Lalu giliran aku. Setelah dimarahi karena selalu menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa, kini aku membuat sedikit kemajuan dengan lagu baru Indonesia Tetap Merdeka karya C. Simanjuntak yang diaransemen Damodoro IS. Namun, aku menyanyi melompati beberapa oktaf secara drastis tanpa dapat kukendalikan sehingga tak ada keselarasan nada dan tempo.Â
Aku telah mengkhianati keindahan. Bu Mus menyelamatkan aku dengan buru-buru menyuruhku berhenti bernyanyi sebelum lagu merdu itu selesai, dan sekarang beliau menunjuk Samson. Kenyataanya semakin parah, Samson menyanyikan lagu yang berjudul Teguh Kukuh Berlapis Baja juga karya C. Simanjuntak sesuai dengan citra tubuh raksasanya. Ia menyanyikan lagu itu dengan sangat nyaring sambil menunduk dalam dan menghentak-hentakkan kakinya dengan keras.
Pada umumnya kami memang tak bisa menyanyi. Bahkan Lintang hanya bisa menampilkan dua buah lagu, yaitu Padamu Negeri dan Topi Saya Bundar. Lagu tentang topi ini adalah lagu super ringkas dengan bait yang dibalik-balik. Lintang menyanyikannya dengan tergesa-gesa sehingga seperti rapalan agar tugas itu cepat selesai.Â
Adapun Trapani, sejak kelas satu SD tak pernah menyanyikan lagu lain selain lagu Kasih Ibu Sepanjang Jalan. Sahara menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa dengan gaya seperti seriosa yang menurut dia sangat bagus padahal sumbangnya minta ampun. Sedangkan Kucai juga dari kelas satu SD hanya menampilkan dua buah lagu yang sama yaitu Rukun Islam dan Rukun Iman.
Sebelumnya kami tak pernah mendengar Mahar bernyanyi, karena setiap kali tiba gilirannya, azan zuhur terlanjur berkumandang sehingga ia tak pernah mendapat kesempatan tampil. Setelah memandangi kami cukup lama, ia memalingkan wajahnya ke arah Bu Mus sambil tersenyum kecil dan menunduk. Lalu Mahar mengucapkan semacam prolog. Mahar bersiap-siap, kami menunggu penuh keingintahuan, dan kami semakin takjub ketika ia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah alat musik ukulele.
Suasana jadi hening dan kemudian perlahan-lahan Mahar memulai intro lagunya dengan memainkan melodi ukulele yang mendayu-dayu, ukulele dipeluknya dengan sendu, matanya terpejam, dan wajahnya syahdu penuh kesedihan yang mengharu biru, pias menahankan rasa. Lalu dengan interlude yang halus meluncurlah syair-syair lagu menakjubkan dalam tempo pelan penuh nuansa duka yang dinyanyikan dengan keindahan andante maestoso yang tak tertuliskan kata-kata.Â
Seketika kami tersentak dalam pesona, lagu yang berjudul Tennesse Waltz dan sangat terkenal karya Anne Muray. Intonasinya lembut membelai-belai kalbu dan Mahar memaku hati kami dalam rasa pukau menyaksikannya menyanyi sambil menitikkan air mata.Tak dinyana, beberapa menit yang lalu, ketika Bu Mus menunjuk Mahar secara acak untuk menyayi, saat itulah nasib menyapanya. Itulah momen nasib yang sedang bertindak selaku pemandu bakat.